MAJELIS SHOLAWAT DAN DZIKIR MAJELIS123 MAJELIS SHOLAWAT DAN DZIKIR MAJELIS123

beranda

jam

Jumat, 09 Mei 2014

Bukti adanya tradisi tahlilan sejak zaman salaf

Bukti adanya tradisi tahlilan sejak zaman salaf 

Bukti adanya tradisi tahlilan sejak zaman salaf 

  • 1. BUKTI-BUKTI ADANYA TRADISITAHLILAN SEJAK ZAMAN SALAF Oleh: Moh. Badrus Sholeh, M.Pd.I
  • 2. al-Mughni [2/422-424] li-Ibni Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali •• dan sebagian dari mereka (syafi’iyyah) berkata : apabila dibacakan al-Qur’an disamping orang mati atau menghadiahkan pahalanya kepada orang mati, maka pahalanya bagi si pembacanya sedangkan mayyit laksana orang yang menghadirinya, sehingga diharapkan adanya rahmat baginya. Dan bagi kami (Hanabilah) telah menyebutkannya, bahwa sesungguhnya membaca al-Qur’an untuk mayyit merupakan ijma’ kaum Muslimin, sebab mereka setiap masa dan kota mereka berkumpul, mereka membaca al- Qur’an, dan menghadiahkan pahalanya kepada orang-orang mati diantara mereka tanpa ada yang mengingkarinya”.
  • 3. Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi Jami’ at-Turmidzi [3/275] Abul ‘Alaa Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri.• Kitab ini dikarang oleh Syaikh Abul ‘Alaa Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri. Didalamnya terdapat beberapa riwayat terkait pembacaan al-Qur’an untuk orang mati. Kemudian dikomentari sebagai berikut : •• Hadits-hadits ini jika memang dlaif, maka pengumpulannya menunjukkan bahwa yang demikian memang asal, dan sungguh kaum Muslimin tidak pernah meninggalkan amalan tersebut pada setiap masa dan kota, mereka berkumpul dan membaca al-Qur’an untuk orang-orang mati diantara mereka tanpa ada yang mengingkari maka jadilah itu sebagai Ijma’.”
  • 4. al-Hawi al-Fatawi [2/234] lil-Imam al- Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi• Didalam al-Hawi lil-Fatawi disebutkan : •• Sesungguhnya sunnah memberikan makan selama 7 hari, telah sampai kepadaku bahwa sesungguhnya amalan ini berkelanjutan dilakukan sampai sekarang (yakni masa al-Hafidz sendiri) di Makkah dan Madinah. Maka secara dhahir, amalan ini tidak pernah di tinggalkan sejak masa para shahabat Nabi hingga masa kini (masa al-Hafidz as-Suyuthi), dan sesungguhnya generasi yang datang kemudian telah mengambil amalan ini dari pada salafush shaleh hingga generasi awal Islam. Dan didalam kitab-kitab tarikh ketika menuturkan tentang para Imam, mereka mengatakan “manusia (umat Islam) menegakkan amalan diatas kuburnya selama 7 hari dengan membaca al-Qur’an’
  • 5. Kasyful Astaar lil-‘Allamah al-Jalil Muhammad Nur al-Buqisi• persaksian (saksi mata) adanya kegiatan kenduri 7 hari di Makkah dan Madinah sejak dahulu kala. Hal ini kembali di kisahkan oleh al-‘Allamah al-Jalil asy-Syaikh al-Fadlil Muhammad Nur al-Buqis didalam kitab beliau yang khusus membahas kegiatan tahlilan (kenduri arwah) yakni “Kasyful Astaar” dengan menaqal perkataan Imam As-Suyuthi : •• Sungguh sunnah memberikan makan selama 7 hari, telah sampai informasi kepadaku dan aku menyaksikan sendiri bahwa hal ini (kenduri memberi makan 7 hari) berkelanjutan sampai sekarang di Makkah dan Madinah (tetap ada) dari tahun 1947 M sampai aku kembali Indonesia tahun 1958 M. Maka faktanya amalan itu memang tidak pernah di tinggalkan sejak zaman sahabat nabi hingga sekarang, dan mereka menerima (memperoleh) cara seperti itu dari salafush shaleh sampai masa awal Islam. Ini saya nukil dari perkataan Imam al-Hafidz as- Suyuthi dengan sedikit perubahan. al-Imam al-Hafidz As-Suyuthi berkata : “disyariatkan memberi makan (shadaqah) karena ada kemungkinan orang mati memiliki dosa yang memerlukan sebuah penghapusan dengan shadaqah dan seumpamanya, maka jadilah shadaqah itu sebagai bantuan baginya untuk meringankan dosanya agar diringankan baginya dahsyatnya pertanyaan kubur, sulitnya menghadapi menghadapi malaikat, kebegisannyaa dan gertakannya”.

  • 1. BUKTI-BUKTI ADANYA TRADISITAHLILAN SEJAK ZAMAN SALAF Oleh: Moh. Badrus Sholeh, M.Pd.I
  • 2. al-Mughni [2/422-424] li-Ibni Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali •• dan sebagian dari mereka (syafi’iyyah) berkata : apabila dibacakan al-Qur’an disamping orang mati atau menghadiahkan pahalanya kepada orang mati, maka pahalanya bagi si pembacanya sedangkan mayyit laksana orang yang menghadirinya, sehingga diharapkan adanya rahmat baginya. Dan bagi kami (Hanabilah) telah menyebutkannya, bahwa sesungguhnya membaca al-Qur’an untuk mayyit merupakan ijma’ kaum Muslimin, sebab mereka setiap masa dan kota mereka berkumpul, mereka membaca al- Qur’an, dan menghadiahkan pahalanya kepada orang-orang mati diantara mereka tanpa ada yang mengingkarinya”.
  • 3. Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi Jami’ at-Turmidzi [3/275] Abul ‘Alaa Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri.• Kitab ini dikarang oleh Syaikh Abul ‘Alaa Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri. Didalamnya terdapat beberapa riwayat terkait pembacaan al-Qur’an untuk orang mati. Kemudian dikomentari sebagai berikut : •• Hadits-hadits ini jika memang dlaif, maka pengumpulannya menunjukkan bahwa yang demikian memang asal, dan sungguh kaum Muslimin tidak pernah meninggalkan amalan tersebut pada setiap masa dan kota, mereka berkumpul dan membaca al-Qur’an untuk orang-orang mati diantara mereka tanpa ada yang mengingkari maka jadilah itu sebagai Ijma’.”
  • 4. al-Hawi al-Fatawi [2/234] lil-Imam al- Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi• Didalam al-Hawi lil-Fatawi disebutkan : •• Sesungguhnya sunnah memberikan makan selama 7 hari, telah sampai kepadaku bahwa sesungguhnya amalan ini berkelanjutan dilakukan sampai sekarang (yakni masa al-Hafidz sendiri) di Makkah dan Madinah. Maka secara dhahir, amalan ini tidak pernah di tinggalkan sejak masa para shahabat Nabi hingga masa kini (masa al-Hafidz as-Suyuthi), dan sesungguhnya generasi yang datang kemudian telah mengambil amalan ini dari pada salafush shaleh hingga generasi awal Islam. Dan didalam kitab-kitab tarikh ketika menuturkan tentang para Imam, mereka mengatakan “manusia (umat Islam) menegakkan amalan diatas kuburnya selama 7 hari dengan membaca al-Qur’an’
  • 5. Kasyful Astaar lil-‘Allamah al-Jalil Muhammad Nur al-Buqisi• persaksian (saksi mata) adanya kegiatan kenduri 7 hari di Makkah dan Madinah sejak dahulu kala. Hal ini kembali di kisahkan oleh al-‘Allamah al-Jalil asy-Syaikh al-Fadlil Muhammad Nur al-Buqis didalam kitab beliau yang khusus membahas kegiatan tahlilan (kenduri arwah) yakni “Kasyful Astaar” dengan menaqal perkataan Imam As-Suyuthi : •• Sungguh sunnah memberikan makan selama 7 hari, telah sampai informasi kepadaku dan aku menyaksikan sendiri bahwa hal ini (kenduri memberi makan 7 hari) berkelanjutan sampai sekarang di Makkah dan Madinah (tetap ada) dari tahun 1947 M sampai aku kembali Indonesia tahun 1958 M. Maka faktanya amalan itu memang tidak pernah di tinggalkan sejak zaman sahabat nabi hingga sekarang, dan mereka menerima (memperoleh) cara seperti itu dari salafush shaleh sampai masa awal Islam. Ini saya nukil dari perkataan Imam al-Hafidz as- Suyuthi dengan sedikit perubahan. al-Imam al-Hafidz As-Suyuthi berkata : “disyariatkan memberi makan (shadaqah) karena ada kemungkinan orang mati memiliki dosa yang memerlukan sebuah penghapusan dengan shadaqah dan seumpamanya, maka jadilah shadaqah itu sebagai bantuan baginya untuk meringankan dosanya agar diringankan baginya dahsyatnya pertanyaan kubur, sulitnya menghadapi menghadapi malaikat, kebegisannyaa dan gertakannya”.
Read More... Bukti adanya tradisi tahlilan sejak zaman salaf

TERNYATA DULU TAHLILAN 7 HARI POPULER DI MAKKAH DAN MADINAH



Muslimedianews.com ~ Imam al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi asy-Syafi’i rahimahullah (salah satu pengarang kitab tafsir Jalalain) didalam al-Hawi lil-Fatawi menceritakan bahwa kegiatan 'tahlilan' berupa memberikan makan selama 7 hari setelah kematian merupakan amalan yang tidak pernah ditinggalkan oleh umat Islam di Makkah maupun Madinah. Hal itu berlangsung hingga masa beliau :

أن سنة الإطعام سبعة أيام، بلغني أنها مستمرة إلى الآن بمكة والمدينة، فالظاهر أنها لم تترك من عهد الصحابة إلى الآن، وأنهم أخذوها خلفا عن سلف إلى الصدر الأول
“Sesungguhnya sunnah memberikan makan selama 7 hari, telah sampai kepadaku bahwa sesungguhnya amalan ini berkelanjutan dilakukan sampai sekarang (yakni masa al-Hafidz sendiri) di Makkah dan Madinah. Maka secara dhahir, amalan ini tidak pernah di tinggalkan sejak masa para shahabat Nabi hingga masa kini (masa al-Hafidz as-Suyuthi), dan sesungguhnya generasi yang datang kemudian telah mengambil amalan ini dari pada salafush shaleh hingga generasi awal Islam. Dan didalam kitab-kitab tarikh ketika menuturkan tentang para Imam, mereka mengatakan “manusia (umat Islam) menegakkan amalan diatas kuburnya selama 7 hari dengan membaca al-Qur’an’. [1]

Hal ini kembali di kisahkan oleh al-‘Allamah al-Jalil asy-Syaikh al-Fadlil Muhammad Nur al-Buqis didalam kitab beliau yang khusus membahas kegiatan tahlilan (kenduri arwah) yakni “Kasyful Astaar” dengan menaqal perkataan Imam As-Suyuthi :

أن سنة الإطعام سبعة أيام بلغني و رأيته أنها مستمرة إلى الأن بمكة والمدينة من السنة 1947 م إلى ان رجعت إلى إندونيسيا فى السنة 1958 م. فالظاهر انها لم تترك من الصحابة إلى الأن وأنهم أخذوها خلفاً عن سلف إلى الصدر الإول. اه. وهذا نقلناها من قول السيوطى بتصرفٍ. وقال الإمام الحافظ السيوطى : وشرع الإطعام لإنه قد يكون له ذنب يحتاج ما يكفرها من صدقةٍ ونحوها فكان فى الصدقةِ معونةٌ لهُ على تخفيف الذنوب ليخفف عنه هول السؤل وصعوبة خطاب الملكين وإغلاظهما و انتهارهما.
“Sungguh sunnah memberikan makan selama 7 hari, telah sampai informasi kepadaku dan aku menyaksikan sendiri bahwa hal ini (kenduri memberi makan 7 hari) berkelanjutan sampai sekarang di Makkah dan Madinah (tetap ada) dari tahun 1947 M sampai aku kembali Indonesia tahun 1958 M. Maka faktanya amalan itu memang tidak pernah di tinggalkan sejak zaman sahabat nabi hingga sekarang, dan mereka menerima (memperoleh) cara seperti itu dari salafush shaleh sampai masa awal Islam. Ini saya nukil dari perkataan Imam al-Hafidz as-Suyuthi dengan sedikit perubahan. al-Imam al-Hafidz As-Suyuthi berkata : “disyariatkan memberi makan (shadaqah) karena ada kemungkinan orang mati memiliki dosa yang memerlukan sebuah penghapusan dengan shadaqah dan seumpamanya, maka jadilah shadaqah itu sebagai bantuan baginya untuk meringankan dosanya agar diringankan baginya dahsyatnya pertanyaan kubur, sulitnya menghadapi menghadapi malaikat, kebegisannyaa dan gertakannya”. [2]

Istilah 7 hari sendiri didasarkan pada riwayat shahih dari Thawus yang mana sebagian ulama mengatakan bahwa riwayat tersebut juga atas taqrir dari Rasulullah, sebagian juga mengatakan hanya dilakukan oleh para sahabat dan tidak sampai pada masa Rasulullah.

(red. Ibnu Manshur)

[1] al-Hawi al-Fatawi [2/234] lil-Imam al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi.
[2] Kasyful Astaar lil-‘Allamah al-Jalil Muhammad Nur al-Buqir, beliau merupakan murid dari ulama besar seperti Syaikh Hasan al-Yamani, Syaikh Sayyid Muhammad Amin al-Kutubi, Syaikh Sayyid Alwi Abbas al-Maliki, Syaikh ‘Ali al-Maghribi al-Maliki, Syaikh Hasan al-Masysyath dan Syaikh Alimuddin Muhammad Yasiin al-Fadani.

http://www.muslimedianews.com/.../ternyata-dulu-tahlilan...-
populer.html
Read More... TERNYATA DULU TAHLILAN 7 HARI POPULER DI MAKKAH DAN MADINAH

17 ilmu yang harus di kuasai dalam memaknai dan memahami isi Al-Qur'an agar bisa memahaminya dengan benar/tidak serampangan dalam MENAFSI

adalah sebagai berikut. dan 17 ilmu ini hanya bisa di kuasai oleh orang yg bersih hatinya, yaitu para ulama dan soleh dalam ilmunya, maka mari kita ikut ulama dan para guru2 yg soleh,

1. Ilmu Mawathin al-Nuzul.
Yaitu ilmu yang menerangkan tempat tempat turunnya ayat, masanya, awal dan akhirnya.
Kitab yang membahas ilmu ini banyak. (Diantaranya ialah al-Itqan, tulisan al-Suyuthi)

2. Ilmu Tawarikh al-Nuzul.
Yaitu ilmu yang menerangkan dan menjelaskan masa turun ayat dan tertib turunnya, satu demi satu, dari awal turun hingga akhirnya, dan tertib turun surat dengan sempurna.

3. Ilmu Asbab al-Nuzul.
Yaitu ilmu yang menerangkan sebab-sebab turun ayat. (Diantara kitab yang menjelaskan hal ini ialah Lubab al-Nazul karangan al-Suyuthi)

4. Ilmu Qira'at.
Yaitu ilmu yang menerangkan rupa-rupa Qira'at (bacaan al-Qur'an yang diterima dari Rasulullah SAW).
(Seindah-indah kitab untuk mempelajari ilmu ini ialah kitab al-Nasyr Fi Qira'at al-Asyr, tulisan Ibnu Jazary)

5. Ilmu Tajwid.
Ilmu yang menerangkan cara membaca al-Qur'an, tempat mulai dan pemberhentianny­a, dan lain-lain yang berhubungan dengan itu.

6. Ilmu Gharib al-Qur'an.
Ilmu yang menerangkan makna kata-kata yang ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab biasa, atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-hari.
Ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang halus, tinggi, dan pelik.

7. Ilmu I'rabil Qur'an.
Ilmu yang menerangkan baris al-Qur'an dan kedudukan lafal dalam ta'bir (susunan kalimat).
Di antara kitab yang memenuhi kebutuhan dalam membahas ilmu ini ialah Imla al-Rahman, karangan Abdul Baqa al-Ukbary.

8. Ilmu Wujuh wa al-Nazhair.
Yaitu ilmu yang menerangkan kata-kata al-Qur'an yang banyak arti; menerangkan makna yang dimaksud pada satu-satu tempat.
(Ilmu ini dapat mempelajari dalam kitab Mu'tarak alAqran, karangan al-Suyuthi)

9. Ilmu Ma'rifat al-Muhkam wa al-Mutasyabih.
Ilmu yang menyatakan ayat-ayat yang dipandang muhkam dan ayat-ayat yang dianggap mutasyabih.
(Salah satu kitab mengenai illmu ini ialah al-Manzhumah al-Sakhawiyah, susunan Imam al-Sakhawy)

10. Ilmu Al-Nasikh wa Al-Mansukh.
Yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansukh oleh sebagian mufassir. (Untuk mempelajari ilmu ini dapat dibaca kitab al-Nasikh wa al-Mansukh, susunan Abu Ja'far al-Nahhas dan al-Itqan karangan al-Suyuthi)

11. Ilmu Bada'i Al-Qur'an.
Ilmu yang membahas keindahan- keind­ahan Al-Qur'an.
Ilmu ini menerangkan kesusasteraan Al-Qur'an, kepelikan- kepel­ikan dan ketinggian-keti­nggian balaghah-nya.
(Untuk ini dapat juga dibaca kitab al-Itqan karangan al-Suyuthi)

12. Ilmu I'dazA al-Qur'an.
Yaitu ilmu yang menerangkan kekuatan susunan tutur al- Qur'an, sehingga ia dipandang sebagai mukjizat, dapat melemahkan segala ahli bahasa Arab.
(Kitab yang memenuhi keperluan ini ialah I’jaz al-Qur'an, karangan al-Baqillany)

13. Ilmu Tanasub Ayat al-Qur'an.
Ilmu yang menerangkan persesuaian antara suatu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
(Kitab yang memaparkan ilmu ini ialah, Nazhmu al-Durar karangan Ibrahim al-Riqa'iy)

14. Ilmu Aqsam al-Qur'an.
Yaitu ilmu yang menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah Tuhan atau sumpah-sumpah lainnya yang terdapat di dalam al-Qur'an.

15. Ilmu Amtsal al-Qur'an.
Ilmu yang menerangkan segala perumpamaan yang ada dalam al-Qur'an.
(Kitab yang dapat dipelajari untuk ilmu ini antara lain Amtsal al-Qur'an karangan al-Mawardi)

16. Ilmu Jidal Al-Qur'an.
Ilmu untuk mengetahui rupa-rupa debat yang dihadapkan Al- Qur'an kepada kaum musyrikin dan lain-lain.
Ayat-ayat yang mengandung masalah ini. (Dikumpulkan oleh Najamuddin al- Thusy)

17. Ilmu Adab al-Tilawah al-Qur'an.
Yaitu ilmu yang mempelajari segala bentuk aturan yang harus dipakai dan dilaksanakan di dalam membaca al-Qur'an.
Segala kesusilaan, kesopanan dan ketentuan yang harus dijaga ketika membaca al-Qur'an.
Salah satu kitab yang amat baik.
Read More... 17 ilmu yang harus di kuasai dalam memaknai dan memahami isi Al-Qur'an agar bisa memahaminya dengan benar/tidak serampangan dalam MENAFSI

TAHUKAH ANTUM ? Ternyata Yang Melakukan Tahlilan Lebih Melimpah Mengamalkan Sunnah Dan Memperoleh Fadlilah

TAHUKAH ANTUM ? Ternyata Yang Melakukan Tahlilan Lebih Melimpah Mengamalkan Sunnah Dan Memperoleh Fadlilah

Selama ini mungkin telah bertebaran persepsi yang terbalik, serampangan juga salah , dari segelintir kalangan pembenci tahlilan yakni bahwa kaum Muslimin yang melakukan tahlilan adalah pelaku bid’ah sesat dan mematikan sunnah Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Seakan-akan yang melakukan tahlilan telah meninggalkan sunnah Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Sesungguhnya tudingan semacam ini benar-benar keliru. Sebab kalau dicermati secara seksama dan terperinci, maka sesungguhnya pengamal tahlilan lah yang lebih banyak dan giat melakukan sunnah dan memotivasi kaum Muslimin untuk melakukan sunnah. Masyarakat digiring untuk melakukan sunnah Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersama-sama sehingga tercipta sikap kepedulian hingga persatuan kaum Muslimin. Misalnya ketika mengadakan kegiatan tahlilan yang telah menjadi kebiasaan di masyarakat Muslim maka sesungguhnya mereka telah membiasakan diri dengan sunnah-sunnah sebagai berikut :

1. Masyarakat berkumpul dalam sebuah majelis dzikir, perhatikan bukankah ini memang sunnah Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam ?. Banyak hadits yang masyhur tentang hal ini, misalnya :

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا: وَمَا رِيَاضُ الجَنَّةِ؟ قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ
“Sesungguhnya Nabi Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda : apabila kalian berjalan ke taman surga maka bergabunglah kalian”, para sahabat bertanya : “apa itu taman surga (riyadlul jannah) ?”, Nabi menjawab : “perkumpulan dzikir”. [1]
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah sekelompok orang berkumpul dan berdzikir kepada Allah kecuali mereka dikelilingi oleh para Malaikat, diliputi rahmat, diturunkan kepada mereka ketenangan, dan Allah sebut mereka di kalangan para Malaikat yang mulia”. [2]
مَا مِنْ قَوْمٍ اجْتَمَعُوا يَذْكُرُونَ اللهَ، لَا يُرِيدُونَ بِذَلِكَ إِلَّا وَجْهَهُ، إِلَّا نَادَاهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: أَنْ قُومُوا مَغْفُورًا لَكُمْ، قَدْ بُدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ
“tidaklah sebuah qaum berkumpul berdzikir kepada Allah, karena mereka tiada menginginkan dengan hal itu kecuali keridlaan Allah, maka malaikat akan menyeru dari langit, bahwa berdirilah kalian dengan pengampunan bagi kalian, sungguh keburukan kalian telah digantikan dengan kebaikan”. [3]

Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman ;

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِياماً وَقُعُوداً وَعَلى جُنُوبِهِمْ
“(yaitu) orang-orang yang berdzikir kepada Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring” (QS. Ali Imran : 3)

Ayat ini berkorelasi dengan hadits sebelumnya,[4] yakni juga bermakna majelis dzikir. Itu karena frasa “yadzkuruuna atau mereka berdzikir” adalah dengan lafadz jama’. Artinya berdzikir bersama-sama.

2. Membaca al-Qur’an

Membaca al-Qur’an merupakan amaliyah yang bisa di baca kapan saja juga termasuk daripada dzikir, dan ini lah yang juga dibiasakan dibaca ketika tahlilan. Masyarakat digiring untuk bersama-sama membaca al-Qur’an, lebih itu masyarakat juga di ajarkan kepedualian terhadap yang meninggal dengan menghadiahkan pahalanya kepada orang mati. Hal ini, disamping di tuntut keikhlasan dari yang membaca, juga bagi yang mengajaknya terdapat pahala tersendiri, sebab tiada yang sia-sia ketika mengajak kepada kebaikan.

Surah-surah yang dibaca adalah surah-surah yang memang mudah untuk dibaca oleh masyarakat awam sekalipun sehingga tidak memberatkan atau memudahkan mereka. Misalnya membaca beberapa ayat pada surah al-Baqarah, al-Ikhlas, an-Nas, al-Falaq, Yasiin, dan lain sebagainya. Semua ayat-ayat ini mudah dibaca, sedangkan Allah berfirman :

فَاقْرَؤُا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ
“maka bacalah oleh kalian apa yang mudah dari al-Qur’an” (QS. Al-Muzammil : 20)

Disamping itu banyak fadlilah membaca al-Qur’an, diantaranya sebagaiman yang Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam sabdakan :

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ، اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ، وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ، فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ، أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ، أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ، تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا، اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ، فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ، وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ، وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ
“bacalah oleh kalian al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat kepada pembaca-pembacanya. Bacalah oleh kalian Az-Zahrawayn yakni Surah al-Baqarah dan surah Ali Imran, karena sungguh keduanya akan datang pada hari Qiamat laksana dua gumpalan awan atau laksana dua cahaya yang menyinari atau laknna dua kelompok burung yang (saling) membentangnya sayapnya dimana akan menjadi pembela bagi pembaca keduanya, bacalah surah al-Baqarah karena mengambilnya merupakan keberkahan, dan meninggalkannya mendapat penyesalan, sedangkan para tukang sihir tidak akan mempan dengannya”. [5]

Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam juga bersabda :

مثل المؤمن الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ: كَالأُتْرُجَّةِ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ، وَالمُؤْمِنُ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ، وَيَعْمَلُ بِهِ: كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ: كَالرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ: كَالحَنْظَلَةِ، طَعْمُهَا مُرٌّ - أَوْ خَبِيثٌ - وَرِيحُهَا مُرٌّ
“perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan al-Qur’an, seperti buah Utrujah, rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca al-Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma. Orang munafik yang membaca al-Qur’an adalah bagaikan royhanah, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca al-Qur’an bagaikan hanzholah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak”.[6]

Juga sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam :

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ إِذَا دَخَلَ الْجَنَّةَ اقْرَأْ وَاصْعَدْ، فَيَقْرَأُ وَيَصْعَدُ بِكُلِّ آيَةٍ دَرَجَةً حَتَّى يَقْرَأَ آخِرَ شَيْءٍ مَعَهُ
“kelak akan dikatakan kepada shahibul Qur’an (pembaca al-Qur’an) ketika memasuki surga, bacalah kemudian naiklah (derajat), maka kemudian ia membacanya dan naiklah derajatnya dengan tiap-tiap ayat hingga sampai ayat terakhir yang ia baca” [7]

Selain banyaknya fadlilah berdasarkan keumuman sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam diatas, juga masing-masing surah dalam al-Qur’an memiliki fadliyah tertentu, seperti surah al-Fatihah yang juga dibaca pada kegiatan tahlilan, dimana diantara fadlilahnya adalah :

قُلْتُ لَهُ: «أَلَمْ تَقُلْ لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ سُورَةٍ فِي القُرْآنِ ، قَالَ: الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ المَثَانِي، وَالقُرْآنُ العَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ
“Aku (Abu Sa’ad al-Mu’alla) bertanya (kembali) kepada Rasulullah : “bukankah tadi engkau berkata : aku akan mengajarkan kamu surah yang paling agung didalam al-Qur’an ?, Rasulullah bersabda : “al-Hamdulillahi Rabbil ‘alamiin (al-Fatihah), ia adalah As-Sab’u al-Matsani dan al-Qur’an yang agung yang telah diberikan”. [8]

Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam juga bersabda :

قَالَ: " أَلَا أُخْبِرُكَ يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ جَابِرٍ بِخَيْرِ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ؟ " قُلْتُ: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: " اقْرَأِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَتَّى تَخْتِمَهَا
“Maukah engkau aku khabarkan wahai Abdullah bin Jabir tentang surah yang paling bagus didalam al-Qur’an ?, aku (Jabir) berkata : “Iya wahai Rasulullah”, kemudian Rasulullah bersada : “bacalah al-Hamdulillahi rabbil ‘alamii hingga selesai (al-Fatihah)”. [9]

Kemudian juga sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam yang juga terkait dengan surah al-Baqarah :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: بَيْنَمَا جِبْرِيلُ قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سَمِعَ نَقِيضًا مِنْ فَوْقِهِ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ، فَقَالَ: " هَذَا بَابٌ مِنَ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ، فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ، فَقَالَ: هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى الْأَرْضِ لَمْ يَنْزِلْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ، فَسَلَّمَ، وَقَالَ: أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ: فَاتِحَةُ الْكِتَابِ، وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ، لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلَّا أُعْطِيتَهُ
“dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : “ketika Jibril duduk di samping Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, mendengar suara dari atasnya, seraya mengangkat kepalanya, kemudian berkata : “pintu ini berasal dari langit yang dibuka pada hari ini yang belum pernah di buka kecuali hari ini, kemudian seorang malaikat turun dari pintu itu, dan berkata Jibaril : “malaikat ini turun ke bumi yang tidak pernah turun kecuali hari ini, maka mengucapkan salam dan berkata : “bergemberilah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu yang tidak pernah diberikan kepada Nabi sebelum engkau, yakni Fatihatul Kitab (al-Fatihah) dan ayat-ayat penutup surah al-Baqarah, tidaklah engkau membaca satu huruf dari kedua surah tersebut kecuali engkau akan diberi karunia” . [10]

Sebagaimana diketahui bahwa akhir surah al-Baqarah adalah ayat-ayat yang dibaca ketika tahlilan. Disamping itu juga Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda bahwa setan meninggalkan rumah yang dibacakan surah al-Baqarah :

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ، إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“janganlah jadikan rumah kalian sebagai kuburan, karena sesungguhnya syaithan meninggalkan rumah yang dibacakan didalam surah al-Baqarah” [11]

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ، وَإِنَّ الْبَيْتَ الَّذِي يُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ، لَا يَدْخُلُهُ الشَّيْطَانُ
“sesungguhnya rumah yang dibacakan didalam surah al-Baqarah, niscaya tidak akan dimasuki oleh syaithan” [12]

Ayat Kursiy juga merupakan ayat al-Qur’an yang dibaca ketika tahlilan :

قَالَ: يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟ قَالَ: قُلْتُ: اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ . قَالَ: فَضَرَبَ فِي صَدْرِي، وَقَالَ: «وَاللهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : “wahai Abul Mundzir, tahukah engkau sebuah ayat dari Kitabullah (al-Qur’an) yang paling agung ?, Abul Munzir berkata : “aku berkata : Allahu Laa Ilaaha Illaa Huwal Hayyum Qayyum (al-Baqarah : 255)”, kemudian Rasulullah menepuk pundakku”, dan beliau bersabda : “semoga Allah mempermudahkan ilmu bagimu wahai Abul Mundzir”. [13]

Didalam Tahlilan juga ada surah al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas :

قَالُوا: وَكَيْفَ يَقْرَأْ ثُلُثَ الْقُرْآنِ؟ قَالَ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
“Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : tidakkah salah satu dari kalian mampu membaca pada malam hari seperti tiga al-Qur’an ? sahabat berkata : bagaimana membaca sepertiga al-Qur’an ? Rasulullah menjawab : “Qul Huwallahu Ahad (al-Ikhlas) setara dengan sepertiga al-Qur’an.” [14]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: أَقْبَلْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَجَبَتْ . قُلْتُ: مَا وَجَبَتْ؟ قَالَ: الجَنَّةُ
“Dari Abub Hurairah, ia berkata : aku datang bersama Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, kemudian mendengar seorang laki-laki membaca Qul Huwallahu Ahad (surah al-Ikhlas), maka Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : “wajib”, aku berkata ; “wajib apa ?”, Rasulullah bersabda : “Surga”. [15]
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ قَالَ: بَيْنَا أَنَا أَقُودُ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَاحِلَتَهُ فِي غَزْوَةٍ إِذْ قَالَ: «يَا عُقْبَةُ، قُلْ فَاسْتَمَعْتُ» ، ثُمَّ قَالَ: «يَا عُقْبَةُ، قُلْ فَاسْتَمَعْتُ» ، فَقَالَهَا الثَّالِثَةَ، فَقُلْتُ: مَا أَقُولُ؟، فَقَالَ: «قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ» فَقَرَأَ السُّورَةَ حَتَّى خَتَمَهَا، ثُمَّ قَرَأَ: «قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ» وَقَرَأْتُ مَعَهُ حَتَّى خَتَمَهَا، ثُمَّ قَرَأَ «قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ» فَقَرَأْتُ مَعَهُ حَتَّى خَتَمَهَا، ثُمَّ قَالَ: «مَا تَعَوَّذَ بِمِثْلِهِنَّ أَحَدٌ»
“dari Uqbah bin Amir al-Juhani, ia berkata : ketika aku menuntun kendaraan Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam dalam sebuah peperangan, tiba-tiba beliau berkata: "Wahai Uqbah, ucapkanlah," aku pun mendengarkan, kemudian beliau berkata (lagi): "Wahai Uqbah, ucapkanlah," aku pun mendengarkan. Dan beliau mengatakannya sampai tiga kali, lalu aku bertanya: "Apa yang aku ucapkan ?" Beliau pun bersabda : “ucapkanlah Qul Huwallahu Ahad (al-Ikhlas), kemudian membacanya sampai akhir , kemudian membaca Qul A’udu bi-Rabill Falaq (al-Falaq), , kemudian membacanya sampai akhir, kemudian membacanya Qul A’udzu bi-Rabbin Nass (an-Nas), kemudian aku membacanya sampai selesai, kemudian beliau bersabda : “tidak ada seorang pun yang berlindung seumpama orang yang berlindung dengannya”. [16]

Dan masih banyak lagi bacaan-bacaan yang terkait al-Qur’an yakni surah al-Qur’an ataupun ayat al-Qur’an yang ada pada tahlilan dimana masing-masing memiliki keutamaan tersendiri. Tentunya tidak mungkin disebutkan dalam tulisan singkat ini.

3. Membaca Shalawat

Membaca shalawat sangat dianjurkan, apalagi pada sebuah majelis dzikir seperti tahlilan, dan banyaknya fadliyah yang terkandung didalamnya, seperti misalnya sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam :

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ، وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
“barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah bershalawat kepadanya 10 kali, digugurkan sepuluh kesalahan-kesalahannya, dan di angkat sebanyak 10 derajat baginya” [17]

مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا ثُمَّ تَفَرَّقُوا عَنْ غَيْرِ صَلَاةٍ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا تَفَرَّقُوا عَلَى أَنْتَنِ مِنْ رِيحِ الْجِيفَةِ
“tidaklah duduk sebuah qaum kemudian mereka perpisah tanpa bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam kecuali mereka berpisah membawa yang lebih buruk dari bangkai” [18]

أوْلى النَّاسِ بي يَوْمَ القِيامَةَ أَكْثَرُهُمْ عَليَّ صَلاةً
Nabi bersabda : “manusia yang paling utama pada hari qiyamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku”. [19]

لا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيداً وَصَلُّوا عليَّ، فإنَّ صَلاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ
“janganlah kalian jadikan kuburku sebagai ‘ied dan bershalawatlah kepadaku, sebab sungguh shalawat kalian sampai kepadaku seketika kalian berada” . [20]

3. Membaca Do’a.

Membaca doa sangat dianjurkan, apalagi berdo’a kebaikan untuk saudaranya baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Ditambah lagi dilakukan secara bersama-sama maka itu lebih dekat di ijabah. Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Ak-Mu’miin : 60)

وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr : 10)

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal” (QS. Muhammad : 19)

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS. Ibrahim : 41)

Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ، إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” [21]

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama muslim) tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajabah. Di atas kepalanya (orang yang berdoa) ada malaikat yang telah diutus. Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan, “Amin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu” [22]

عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ، قَالَ: إِنَّ دَعْوَةَ الْأَخِ فِي اللَّهِ تُسْتَجَابُ
“dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, ia berkata : sungguh mendo’akan saudaranya karena Allah adalah mustajab” [23]

4. Membaca Dzikir –Dzikir yang lain.

Dzikir-dzikir lainnya semisal tasybih, tahmid, tahlil, takbir, dan lain sebagainya. Telah banyak tersebar mengenai faidah-faidanya. Inilah juga yang dibiasakan didalam tahlilan, maka betapa banyak faidah yang didapat oleh mereka yang senantiasa membacanya apalagi dilakukan bersama-sama. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: " مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ، غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِي الجَنَّةِ
“barangsiapa yang mengucapkan : “Subhanallahil ‘Adhim wa Bihamdih” ditanamkan baginya sebatang pohon kurma di surga”. [24]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ، حُطَّتْ خَطَايَاهُ، وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ البَحْرِ
“barangsiapa yang mengucapkan “Subhanallah wa bi-Hamdih” didalam sehari sebanyak seratus kali, niscaya dihapuas seratus kali kesalahan walaupun laksana buih di lautan”. [25]
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيمِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
“dari Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, beliau bersabda : “dua kalian yang ringan di lisan (diucapkan), keduanya berat di timbangan dihadapan Yang Maha Penyayang, yakni Subhanallahil ‘Adhim, Subhanallahi wa bi-Hamdihi”. [26]
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيمِ
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : “dua kalian yang ringan di lisan (diucapkan), keduanya berat di timbangan serta dicintai oleh Yang Maha Penyayang, yakni Subhanallahi wa bi-Hamdihi, Subhanallaahil ‘Adhim”. [27]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَأَنْ أَقُولَ سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : sungguh jika aku mengucapkan Subhanallah wal Hamdulillah wa Laa Ilaaha Illalla wa Allahu Akbar, lebih disukai bagiku daripada disinari oleh terbitnya mentari”. [28]
مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، عَشْرَ مِرَارٍ كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْفُسٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ
“barangsiapa yang mengucapkan : “laa ilaaha ilallaahu wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘alaa kullli syay-in qadiir”, sebanyak sepuluh kali maka ia seperti orang yang memerdekakan budak empat jiwa seperti keturunan Nabi Ismail” [29]
قَالَ يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ: أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ، فَقُلْتُ: بَلَى، يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: " قُلْ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, wahai Abdullah bin Qays, mau engkau ku tunjukkan pembendaharaan surga ?, maka aku (Ibnu Qays) berkata : iya wahai Rasulullah”, kemudian Rasulullah berkata : “katakanlah, “Laa Hawla wa Laa Quwwata Ilaa Billaah”. [30]
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ؛ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَقُولُ، فِي الْبَاقِيَاتِ الصَّالِحَاتِ: أَنَّهَا قَوْلُ الْعَبْدِ: اللهُ أَكْبَرُ. وَسُبْحَانَاللهِ. وَالْحَمْدُ للهِ. وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
“kalimat-kalimat yang bagus yakni ucapan seorang hamba : “Subhanallah, al-Hamdulillah, laa ilaaha illaa Allah, laa hawla wa laa quwwata ilaa billah”. [31]

عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «اسْتَكْثِرُوا مِنَ الْبَاقِيَاتِ الصَّالِحَاتِ» قِيلَ: وَمَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «الْمِلَّةُ» ، قِيلَ: وَمَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «الْمِلَّةُ» ، قِيلَ: وَمَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: التَّكْبِيرُ، وَالتَّهْلِيلُ، وَالتَّسْبِيحُ، وَالتَّحْمِيدُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : perbanyaklah kalian dengan kalimat-kalimat yang baik, dikatakan “apa itu wahai Rasulullah ?, beliau menjawab “al-Millah”, dikatakan lagi “apa itu wahai Rasulullah ?”, beliau menjawab : “al-Millah”, dikatakan lagi : “apa itu wahai Rasulullah ?”, beliau menjawab : “Takbir, Tahlil, Tasbih, Tahmid, dan Laa Hawlaa wa laa Qawwata ilaa billaah”. [32]
عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَحَبُّ الْكَلَامِ إِلَى اللهِ أَرْبَعٌ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ. لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ
“perkataan yang paling dicintai oleh Allah adalah empat yakni “Subhanallah wal Hamdulillah wa Laa Ilaaha Illallaahu wa Allahu Akbar”, tidak masalah bagimu memulai dari yang mana saja”. [33]

عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: عَلِّمْنِي كَلَامًا أَقُولُهُ، قَالَ: " قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ " قَالَ: فَهَؤُلَاءِ لِرَبِّي، فَمَا لِي؟ قَالَ: قُلْ: اللهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
“dari Mush’ab bi Sa’d, dari ayahnya, ia berkata : seorang arab datang kepada Rasulullah seraya berkata : “ajarkanlah kepadaku ucapakan untuk aku baca”, Rasulullah bersabda : katakanlah “laa ilaaha illaLlaah wahdahu laa syariyka lah, Allahu Akbar Kabiiran, wal Hamdulillahi Katsiran, Subhanallahi Rabbil ‘Alamiin, Laa Hawla wa laa Quwwata illaa bil-Laahil ‘Azizil Hakiim”, seorang Arab tersebut berkata : semua itu untuk Rabb-ku, namun mana untukku ?”, Rasullah bersabda : “katakanlah “Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku dan limpahkanlah rizki kepadaku”. [34]
أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الحَمْدُ لِلَّهِ
“dzikir yang utama adalah Laa ilaaha Ilallahu, sedangkan do’a yang paling utama adalah al-Hamdulillah”. [35]

5. Mempererat Shilaturahim.

Disamping mengamalkan berbagai macam bacaan diatas, didalam tahlilan juga sebagai sarana shilaturahim antara kaum muslimin, baik kerabat atau pun tetangga, sehingga tercipta ikatan yang lebih erat, disamping rasa kepedulian sesama muslimin. Allah subhanahu wa Ta’alaa berfirman :

وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain , dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisaa’ : 1)
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
“dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk." (QS Ar-Ra’d : 21).
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“barangsiapa yang menginginkan diperluas rizkinya dan dimakmurkan usianya, maka sambunglah shilaturahim” [36]
قَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الْأَرْحَامَ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ، وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
“Rasulullah bersabda : wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambunglah kasih sayang (lakukanlah shilaturahim), shalatlah dimalam hari dimana manusia sedang tertidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat”. [37]

6. Persatuan – Persaudaraan Sesama Muslim.

Dengan senantiasa bershilaturahim apalagi bersama-sama dengan masyarakat muslim, maka akan dengan mudah tercipta persatuan diantara kaum muslimin. Hal itu dikarenakan efek dari kebaikan, rasa solidaritas, serta kerelaan seorang muslim untuk mendo’akan saudaranya muslim lainnya, juga shilaturahim yang dilakukan. Berbuat demikian, akan semakin menampakkan rasa persaudaraan sesama Muslim, dimana berulang kali ditegaskan bahwa sesama muslim adalah bersaudara :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujuraat : 10)
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“orang mukmin bagi mukmi lainnya seperti sebuah bagunan dimana sebagiannya menguatkan bagian lainnya” [38]
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang mukmin didalam hal kasih sayang, rahmat dan kelemah lembutan laksana satu tubuh jika salah satu bagian tubuh merasa sakit maka seluruh tubuh ikut merasakannya dengan panas dan demam”. [39]
المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“seorang muslim adalah orang yang memberikan rasa selamat kepada muslim lainnya dari lisannya dan tangannya”. [40]

Dengan menyadari hal ini, maka tidak akan mudah menyakiti sesama muslim dengan berbagai tuduhan-tudahan yang mengiris hati saudaranya.

7. Sebagai sarana syiar Islam

Tahlilan juga sebagai sarana penyebaran Islam yang sangat ampuh, disamping juga dalam menampakkan syiar Islam, sehingga masyarakat muslim terlihat jelas dengan kebiasaan yang ada dilingkungannya. Syiar seperti inilah yang telah dilakukan oleh para nenek moyang seperti walisongo dan yang lainnya. Itulah bentuk ketakwaan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’alaa nyatakan didalam al-Qur’an :

وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah , maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. al-Hajj : 32)

9. Shadaqah (menggalakkan shadaqah bagi yang mampu).

الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. an-Anfaal : 3)
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ
“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran : 92)
وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
“shalat adalah nur, shadaqah adalah bukti (burhan), shabar adalah sinar, dan al-Qur’an adalah hujjah bagimu atau terhadapmu”. [41]

10. Terkait dengan memulyakan tamu (ikramudl dlaif) : dalam rangka memulyakan (menghormati) tamu yang hadir, biasanya tuan rumah menghidangkan beberapa makanan ringan, motivasi seperti ini merupakan anjuran sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ،
“barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka mulyakanlah tamunya”. [42]

11. Niat baik dan ucapan yang baik : tujuan-tujuan melakukan tahlilan tentunya tidak lepas dari niat shalih, baik dari sisi tuan rumah seperti dalam rangka mengajak kaum muslimin untuk mendo’akan saduaranya yang meninggal dunia, menghormati tamu, menshadaqahkan hartanya sendiri yang pahalanya dihadiahkan untuk keluarganya yang meninggal dan lain sebagainya. Ataupun dari sisi kaum muslimin yang hadir, juga dalam rangka mendo’akan saudaranya yang telah meninggal, memenuhi undangan, menghibur keluarga almarhum dan lain sebagainya. Niat baik inilah yang dinilai serta apa yang diucapkan tidak akan pernah sia-sia, sebagaimana sabda Nabi shallalllahu ‘alayhi wa sallam :

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“sesungguhnya amal-amal tergantung dengan niatnya” [43]

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً
“Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan, kemudian menjelakan yang demikian, maka barangsiapa yang berkeinginan melakukan kebaikan namun tidak sampai melakukannya niscaya Allah akan mencatatkan untuknya kebaikan yang sempurna, maka jika ia berkeinginan dengannya kemudian melakukannya niscaya Allah akan mencatatkan untuknya sepuluh macam kebaikan sampai 700 kali lipat kemudian hingga berlipat-lipat yang banyak ; barangsiapa yang berkeinginan melakukan keburukan namun ia tidak mengerjakannya niscaya Allah mencatatkan untuknya kebaikan yang sempurna, namun jika ia mengerjakannya niscaya Allah mencatatkan untuknya satu macam keburukan”. [44]

مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. al-Qaaf : 18)

مَن كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعاً إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya” (QS. al-Fathir : 10)

12. Dan lain sebagainya, yang tentunya tidak ada habis-habisnya kalau satu persatu dirinci keutamaannya, maka cukup ini saja sebagai petunjuk tentang banyaknya amalan sunnah yang diamalkan oleh kaum Muslimin yang melakukan tahlilan, maka jika boleh dipribahasakan adalah :

“SEKALI MENDAYUNG BERIBU-RIBU PULAU TERLAMPAU”

Semoga tulisan ini bermanfaat, dan jangan sampai kita meninggalkan kebiasaan yang baik seperti ini, apalagi menyesatkan yang mengamalkan seluruhnya, na’udzubillah.

Wallahu A’lam

Catatan Kaki :
[1] Sunan at-Turmidzi no. 3510 ; hadits ini dinilai hasan.
[2] Shahih Muslim no. 2700 ; Musnad Ahmad no. 11875
[3] Musnad Ahmad no. 12453
[4] Lihat : Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil lil-Imam al-Baidlawi [2/54]
[5] Shahih Muslim no. 804
[6] Shahih Bukhari no. 5059 & 5427 ; Shahih Muslim no. 797 ; Sunan At-Turmidzi no. 2865.
[7] Sunan Ibnu Majah no. 3780, hadits ini shahih.
[8] Shahih Bukhari no. 4474
[9] Musnad Ahmad no. 17597
[10] Shahih Muslim no. 806 ;
[11] Shahih Muslim no. 780 ;
[12] Musnad Ahmad no. 8914.
[13] Shahih Muslim no. 810 ; Sunan Abi Daud no. 1460 ;
[14] Shahih Muslim no. 811
[15] Sunan At-Turmidzi no. 2897, Hadits hasan shahih.
[16] Sunan an-Nasaa’i no. 5430 , hadits ini shahih.
[17] Sunan an-Nasaa’i no. 1297, shahih
[18] As-Sunan al-Kubra an-Nasaai no. 10172 ;
[19] Sunan at-Turmidzi no. 484, hadits hasan ; Shahih Ibnu Hibban no. 911.
[20] Sunan Abi Daud no. 2042, hadits shahih.
[21] Shahih Muslim no. 2732.
[22] Shahih Muslim no. 2733.
[23] Al-Jami’ fil Hadits li-Ibni Wahab no. 161 ; Adabul Mufrad [624]
[24] Sunan at-Turmidzi no. 3464, hadits hasan shahih.
[25] Shahih Bukhari no. 6405
[26] Shahih Bukhari no. 6406
[27] Shahih Bukhari no. 6682 ; Muslim no. 2694
[28] Shahih Muslim no. 2695 ; Sunan At-Turmidzi no. 3597
[29] Shahih Muslim no. 2693
[30] Shahih Muslim no. 2704
[31] Muwatha’ Malik no. 715
[32] Musnad Ahmad no. 11713
[33] Shahih Muslim no. 2137
[34] Shahih Muslim no. 2696
[35] Sunan at-Turmidzi no. 3383, Hadits hasan.
[36] Shahih Bukhari no. 5986
[37] Sunan Ibni Majah no. 3251, hadits shahih
[38] Shahih Muslim no. 2585
[39] Shahih Muslim no. 2586
[40] Shahih Bukhari no. 10
[41] Shahih Muslim no. 223
[42] Shahih Bukhari no. 6018
[43] Shahih Bukhari no. 1
[44] Shahih Bukhari no. 6491

JADI, JIKA ADA ORANG YANG MELARANG DAN MENGHARAMKAN TAHLILAN, BERARTI SAMA SAJA MEREKA MELARANG DAN MENGHARAMKAN AMALAN-AMALAN SUNNAH KANJENG NABI (SAYYIDINA) MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM YANG DIAMALKAN OLEH SEBAGIAN BESAR KAUM MUSLIMIN
Read More... TAHUKAH ANTUM ? Ternyata Yang Melakukan Tahlilan Lebih Melimpah Mengamalkan Sunnah Dan Memperoleh Fadlilah

Karakteristik Ahlus Sunnah wal Jamaah

Karakteristik Ahlus Sunnah wal Jamaah

I. PENGERTIAN AHLI SUNNAH WALJAMA'AH

ASWAJA sesungguhnya identik dengan pernyataan nabi "Ma Ana 'Alaihi wa Ashabi" seperti yang dijelaskan sendiri oleh Rasululloh SAW dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud bahwa :"Bani Israil terpecah belah menjadi 72 Golongan dan ummatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, kesemuanya masuk nereka kecuali satu golongan". Kemudian para sahabat bertanya ; "Siapakah mereka itu wahai rasululloh?", lalu Rosululloh menjawab : "Mereka itu adalah Maa Ana 'Alaihi wa Ashabi" yakni mereka yang mengikuti apa saja yang aku lakukan dan juga dilakukan oleh para sahabatku.

Dalam hadist tersebut Rasululloh SAW menjelaskan bahwa golongan yang selamat adalah golongan yang mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasululloh dan para sahabatnya. Pernyataan nabi ini tentu tidak sekedar kita maknai secara tekstual, tetapi karena hal tersebut berkaitan dengan pemahaman tentang ajaran Islam maka "Maa Ana 'Alaihi wa Ashabi" atau Ahli Sunnah Waljama'ah lebih kita artikan sebagai "Manhaj Au Thariqoh fi Fahmin Nushus Wa Tafsiriha" ( metode atau cara memahami nash dan bagaimana mentafsirkannya).

Dari pengertian diatas maka Ahli Sunnah Wal Jama'ah sesungguhnya sudah ada sejak zaman Rasululloh SAW. Jadi bukanlah sebuah gerakan yang baru muncul diakhir abad ke-3 dan ke-4 Hijriyyah yang dikaitkan dengan lahirnya kosep Aqidah Aswaja yang dirumuskan kembali (direkonstuksi) oleh Imam Abu Hasan Al-Asy'ari (Wafat : 935 M) dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi (Wafat : 944 M) pada saat munculnya berbagai golaongan yang pemahamannya dibidang aqidah sudah tidak mengikuti Manhaj atau thariqoh yang dilakukan oleh para sahabat, dan bahkan banyak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan politik dan kekuasaan.

II. RUANG LINGKUP KERANGKA BERFIKIR ASWAJA

Ahli Sunnah wal Jama'ah meliputi pemahaman dalam tiga bidang utama, yakni bidang Aqidah, Fiqh dan Tasawwuf. Ketiganya merupakan ajaran Islam yang harus bersumber dari Nash Qur'an maupun Hadist dan kemudian menjadi satu kesatuan konsep ajaran ASWAJA.

Dilingkunagn ASWAJA sendiri terdapat kesepakatan dan perbedaan. Namun perbedaan itu sebatas pada penerapan dari prinsip-prinsip yang disepakati karena adanya perbedaan dalam penafsiran sebagaimana dijelaskan dalam kitab Ushulul Fiqh dan Tafsirun Nushus. Perbedaan yang terjadi diantara kelompok Ahli Sunnah Wal Jama'ah tidaklah mengakibatkan keluar dari golongan ASWAJA sepanjang masih menggunakan metode yang disepakati sebagai Manhajul Jami' . Hal ini di dasarkan pada Sabda Rosululloh SAW. Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim : "Apabila seorang hakim berijtihad kemudian ijtihadnya benarmaka ia mendapatkan dua pahala, tetapi apabila dia salah maka ia hanya mendapatkan satu pahala". Oleh sebab itu antara kelompok Ahli Sunnah Wal Jama'ah walaupun terjadi perbedaan diantara mereka, tidak boleh saling mengkafirkan, memfasikkan atau membid'ahkan.

Adapun kelompok yang keluar dari garis yang disepakati dalam menggunakan Manhajul jami' yaitu metode yang diwariskan oleh oleh para sahabat dan tabi'in juga tidak boleh secara serta merta mengkafirkan mereka sepanjang mereka masih mengakui pokok-pokok ajaran Islam, tetapi sebagian ulama menempatkan kelompok ini sebagai Ahlil Bid'ah atau Ahlil Fusuq. Pendapat tersebut dianut oleh antara lain KH. Hasyim Asy'ari sebagaimana pernyataan beliau yang memasukkan Syi'ah Imamiah dan Zaidiyyah termasuk kedalam kelompok Ahlul Bid'ah.

III. KERANGKA PENILAIAN ASWAJA

Ditinjau dari pemahaman diatas bahwa didalam konsep ajaran Ahli Sunnah Wal Jama'ah terdapat hal-hal yang disepakati dan yang diperselisihkan. Dari hal-hal yang disepakati terdiri dari disepakati kebenarannya dan disepakati penyimpangannya.

Beberapa hal yang disepakati kebenarannya itu antara lain bahwa;
1. Ajaran Islam diambil dari Al-Qur'an, Hadist Nabi serta ijma' (kesepakatan para sahabat/Ulama)
2. Sifat-sifat Allah seperti Sama', Bashar dan Kalam merupakan sifat-sifat Allah yang Qodim.
3. Tidak ada yang menyerupai Allah baik dzat, sifat maupun 'Af'alnya.
4. Alloh adalah dzat yang menjadikan segala sesuatu kebaikan dan keburukan termasuk segala perbuatan manusia adalah kewhendak Allah, dan segala sesuatu yang terjadi sebab Qodlo' dan Qodharnya Allah.
5. Perbuatan dosa baik kecil maupun besar tidaklah menyebabkan orang muslim menjadi kafir sepanjang tidak mengingkari apa yang telah diwajibkan oleh Allah atau menghalalkan apa saja yang diharamkan-Nya.
6 Mencintai para sahabat Rasulillahmerupakan sebuah kewajiban, termasuk juga meyakini bahwa kekhalifahan setelah Rasulillah secara berturut-turut yakni sahabat Abu Bakar Assiddiq, Umar Bin Khattab, Ustman Bin "Affan dan Sayyidina "Ali Bin Abi Thalib.
7. Bahwa Amar ma'ruf dan Nahi mungkar merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim termasuk kepada para penguasa.

Hal-hal yang disepakati kesesatan dan penyimpangannya antara lain :
1. Mengingkari kekhalifahan Abu Bakar Assiddiq dan Umar Bin Khattab kemudian menyatakan bahwa Sayyidina Ali Bin Abi Thalib memperoleh "Shifatin Nubuwwah" (sifat-sifat kenabian) seperti wahyu, 'ismah dan lain-lain.
2. Menganggap bahwa orang yang melakukan dosa besar adalah kafir dan keluar dari Islam seperti yang dianut oleh kalangan Khawarij, bahkan mereka mengkafirkan Sayyidina Ali karena berdamai dengan Mu'awiyah.
3. Perbuatan dosa betapapun besarnya tidaklah menjadi masalah serta tidak menodai iman. Pendapat ini merupakan pendapat kaum murji'ah dan Abahiyyun.
4. Melakukan penta'wilan terhadap Nash Al-Qur'an maupun Hadist yang tidak bersumber pada kaidah-kaidah Bahasa Arab yang benar. Seperti menghilangkan sifat-sifat ilahiyyah (Ta'thil) antara lain menghilangkan Al-Yad, Al-Istiwa', Al-Maji' padahal disebut secara sarih (jelas) dalah ayat suci Al-Qur'an, hanya dengan dalih untuk mensucikan Allah dari segala bentuk penyerupaan (tasybih)

IV. PERKEMBANGAN AHLI SUNNAH WALJAMA'AH

Pada periode pertama, yakni periode para sahabat dan tabi'in pada dasarnya memiliki dua kecenderungan dalam menyikapi berbagai perkembangan pemikiran dalam merumuskan konsep-konsep keagamaan, terutama yang menyangkut masalah Aqidah. Kelompok pertama senantiasa berpegang teguh kepada nash Qur'an dan Hadist dan tidak mau mendiskusikannya. Kelompok ini dipelopori oleh antara lain; Umar Bin Khottob, 'Abdulloh Bin 'Umar, Zaid Bin Tsabit Dan lain-lain. Sedangkan dari kalangan tabi'in tercatat antara lain Sofyan Tsauri, Auza'I, Malik Bin Anas, dan Ahmad Bin Hambal. Jika mereka menyaksiksn sekelompok orang yang berani mendiskusikan atau memperdebatkan masalah-masalah aqidah, mereka marah dan menyebutnya sebagai melakukan "Bid'ah Mungkarah" .

Adapun kelompok yang kedua adalah kelompok yang memilih untuk melakukan pembahasan dan berdiskusi untuk menghilangkan kerancuan pemahaman serta memelihara Aqidah Islamiyah dari berbagai penyimpangan. Diantara yang termasuk dalam kelompok ini adalah antara lain ; Ali Bin Abi Thalib, 'Abdulloh Bin 'Abbas dan lain-lain. Sedangkan dari kalangan tabi'in tercatat antara lain Hasan Bashri, Abu Hanifah, Harish Al-Muhasibi dan Abu Tsaur.

Kelompok kedua ini juga merasa terpanggil untuk menanggapi berbagai keadaan yang dihadapi baik yaang menyangkut masalah Aqidah, Fiqh maupun Tasawuf karena adanya kekhawatiran terhadap munculnya dua sikap yang ekstrim. Pertama adalah kelompok yang terlampau sangat hati-hati yang kemudian disebut sebagai "Kelompok Tafrith" Kelompok ini memahami agama murni mengikuti Rasulillah dan para sahabatnya secara tekstual. Mereka tidak mau memberikan ta'wil atau tafsir karena kuawatir melampaui batas-batas yang diperbolehkan. Sedangkan yang kedua yaitu kelompok yang menggunakan kemaslahatan dan menuruti kebutuhan perkembangan secara berlebihan dan kelompok ini disebut dengan "kelompok Ifrath"

Dalam berbagai diskusi dan perdebatan, kelompok kedua ini tidak jarang menggunakan dalil-dalil manthiqi (deplomasi) dan ta'wil majazi. Pendekatan ini terpaksa dilakukan dalam rangka memelihara Aqidah dari penyimpangan dengan menggunakan cara-cara yang dapat difahami oleh masyarakat banyak ketika itu, namun tetap berjalan diatas manhaj sahaby sesuai dengan anjuran Nabi dalam sebuah sabdanya : "Kallimunnas Bima Ya'rifuhu Wada'u Yunkiruna. Aturiiduna ayyukadzibuhumuLlahu wa rasuluh" (Bicaralah kamu dengan manusia dengan apa saja yang mereka mampu memahaminya, dan tinggalkanlah apa yang mereka ingkari. Apakah kalian mau kalau Allah dan Rasul-Nya itu dibohongkan?. Sebuah hadis marfu' yang diriwayatkan oleh Abu Mansur Al-Dailami, atau menurut Imam Bukhari dimauqufkan kepada Sayyidina Ali RA.

Strategi dan cara yang begitu adaptif inilah yang terus dikembangkan oleh para pemikir Ahli Sunnah Wal Jama'ah dalam merespon berbagai perkembangan sosial, agar dapat menghindari berbagai benturan antara teks-teks agama dengan kondisi sosial masyarakat yang berubah-rubah.

Sehubungan dengan strategi ini, mengikuti sahabat bukanlah dalam arti mengikuti secara tekstual melainkan mengikuti Manhaj atau metode berfikirnya para sahabat. Bahkan menurut Imam Al-Qorofi, kaku terhadap teks-teks manqulat (yang langsung dinuqil dari para sahabat) merupakan satu bentuk kesesatan tersendiri, karena ia tidak akan mampu memahami apa yang dikehendaki oleh Ulama-ulama Salaf..
(Al-jumud 'Alal mankulat Abadab dhalaalun Fiddiin wa Jahlun Bimaqooshidi Ulamaa'il Muslimin wa Salafil Maadhin)

V. KEBANGKITAN (AN-NAHDHAH) AHLI SUNNAH WALJAMA'AH

Sebagaimana dinyatakan dimuka, bahwa ASWAJA sebenarnya bukanlah madzhab tetapi hanyalah Manhajul Fikr (metodologi berfikir) atau faham saja yang didalamnya masih memuat banyak alaiaran dan madzhab. Faham tersebut sangat lentur, fleksibel, tawassuth, I'tidal, tasamuh dan tawazun. Hal ini tercermin dari sikap Ahli Sunnah Wal Jama'ah yang mendahulukan Nash namun juga memberikan porsi yang longgar terhadap akal, tidak mengenal tatharruf (ekstrim), tidak kaku, tidak jumud (mandeg), tidak eksklusif, tidak elitis, tidak gampang mengkafirkan ahlul qiblat, tidak gampang membid'ahkan berbagai tradisi dan perkara baru yang muncul dalam semua aspek kehidupan, baik aqidah, muamalah, akhlaq, sosial, politik, budaya dan lain-lain.
Kelenturan ASWAJA inilah barangkali yang bisa menghantarkan faham ini diterima oleh mayoritas umat Islam khususnya di Indonesia baik mereka itu orng yang ber ORMASkan NU, Muhammadiah, SI, Sarekat Islam maupun yang lainnya.

Wal hasil salah satu karakter ASWAJA yang sangat dominan adalah "Selalu bisa beradaptasi dengan situasi dan kondisi". Langkah Al-Asy'ari dalam mengemas ASWAJA pada masa paska pemerintahan Al-Mutawakkil setelah puluhan tahun mengikuti Mu'tazilah merupakan pemikiran cemerlang Al-As'ari dalam menyelamatkan umat Islam ketika itu. Kemudian disusul oleh Al-Maturidi, Al-Baqillani dan Imam Al-Juwaini sebagai murid Al-Asyari merumuskan kembali ajaran ASWAJA yang lebih condong pada rasional juga merupakan usaha adaptasi Ahli Sunnah Wal Jama'ah. Begitu pula usaha Al-Ghazali yang menolak filsafat dan memusatkan kajiannya dibidang tasawwuf juga merupakan bukti kedinamisan dan kondusifnya Ajaran ASWAJA. Hatta Hadratus Syaikh KH. Hasim Asy'ari yang memberikan batasa ASWAJA sebagaimana yang dipegangi oleh NU saat ini sebenarnya juga merupakan pemikiran cemerlang yang sangat kondusif.
Read More... Karakteristik Ahlus Sunnah wal Jamaah

Sabtu, 19 April 2014

Inilah Keutamaan Kalimat Laa Ilaaha Illallaah


Inilah Keutamaan Kalimat Laa Ilaaha Illallaah




Inilah Keutamaan Kalimat Laa Ilaaha Illallaah
Di dalam penulisan kali ini alfaqir akan memberikan/ membahas tentang keutamaan dari LAA ILAAHA ILLALLAAH yang alfaqir ambil/kutip dari kitab-kitab kuning salafunash sholeh terdahulu, yaitu sebagai berikut:
قال النبي صلى الله عليه وسلم: أفضل ماقلت أنا والنبيون من قلبي : لا إله إلا الله
Nabi Saw. bersabda : Seutama-utama ucapan yang pernah kusebutkan, begitu pula para Nabi sebelumku ialah LAA ILAAHA ILLALLAAH. (Kitab An Nashaaih Ad Diniyah)
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan, atau enam puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling utama adalah perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim No.51)
قال الفاكهاني: إن ملازمة ذكرها عند دخول المنزل تنفي الفقر، وقد ورد أن: مَنْ قَالَ لا اله إلاَّ الله وَمَدَّها هُدِمَتْ لَهُ أرْبَعَة آلافٍ ذَنْبٍ مِنَ الكَبَائِرِ. قالوا: يا رَسُولَ الله فإنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْءٌ مِنَ الكَبَائِر؟ قال: يُغْفَرُ لأهْلِهِ ولِجيرَانِهِ، رواه البخاري
Al Fakihani berkata: “Bahwasanya membiasakan (membaca LAA ILAAHA ILLALLAHU) ketika memasuki rumah, maka dapat menolak kefaqiran. Disebutkan bahwa barangsiapa yang membaca LAA ILAAHA ILLALLAHU dengan memanjangkannya (saat membaca laa), maka gugurlah baginya empat ribu dosa besar. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah saw. jika ia tiak mempunyai suatu dosa besar?” Beliau bersabda: “Dapat mengampuni keluarganya dan tetangga-tetangganya”. Hadits diriwayatkan oleh Al bukhori. (Kitab Tanqihul Qaul)
قال النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ قَالَ كُلَّ يَوْمٍ لا إلٰهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُولُ الله مَائَةَ مَرَّة جَاءَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَوَجْهُهُ كَالقَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ
Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa setiap hari membaca LAA ILAAHA ILLALLAHU MUHAMMADUR RASUULULLAAH (Tiadak ada Tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah) sebanyak seratus (100) kali, maka ia datang pada hari kiamat mukanya bagaikan bulan purnama”. (Kitab Lubabul Hadits)
وقال صلى الله عليه وسلم: أَفْضَلُ الذِّكْرِ لاَ إلٰهَ إلاَّ الله، وَأَفْضَلُ الدُعَاءِ الحَمْدُ للهِ
Nabi saw. bersabda: “Dzikir yang paling utama adalah LAA ILAAHA ILLALLAHU dan do’a yang paling utama adalah ALHAMDULILLAAH”. (Kitab Lubabul Hadits)
وقال صلى الله عليه وسلم: قال الله تعالى لا إله إلا الله كلامي وأنا هو، من قالها دخل حصني، ومن دخل حصني أمن من عقابي
Nabi saw. bersabda: Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi: “LAA ILAAHA ILLALLAHU ucapan-Ku, dan Aku adalah Allah, barangsiapa membacanya maka ia masuk benteng-Ku, dan barangsiapa masuk benteng-Ku maka ia aman dari siksa-Ku”. (Kitab Tanqihul Qaul)
وقال صلى الله عليه وسلم: لا اله إلاَّ الله حِصْنِي وَمَنْ دَخَلَ حِصْنِي أمِنَ مِنْ عَذَابِ الله
Nabi saw. bersabda: “LAA ILAAHA ILLALLAHU adalah benteng-Ku, dan barangsiapa masuk benteng-Ku maka ia aman dari siksa Allah”. (Kitab Lubabul Hadits)
وقال صلى الله عليه وسلم: أَدُّوا زَكَاةَ أبْدَانِكُمْ بِقَوْلِ لاَ إلٰهَ إلاَّ الله
Nabi saww. bersabda: “Sampaikanlah zakat badan-badanmu dengan ucapan: LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tiada Tuhan selain Allah)”. (Kitab Lubabul Hadits)
وأخرج ابن عساكر عن ابن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إنَّ قَولَ لا اله إلاَّ الله تَدفَعُ عَن قَائِلها تِسعَةً وَتِسعِينَ بابا مِنَ البَلاءِ أدنَاهَا الهَمُّ
Dikeluarkan oleh Ibnu Asakir dari Abnu Abbas ra. Berkata Rasululllah saw.: “Sesungguhnya ucapan LAA ILAAHA ILLALLAHU dapat menolak dari pembacanya sembilanpuluh Sembilan pintu bencana yang terendah adalah kedukaan”. (Kitab Tanqihul Qaul)
وقال صلى الله عليه وسلم: مَنْ قَالَ لا اله إلاَّ الله خَرَجَ مِنْ فِيهِ طائِرٌ أخْضَرُ لَهُ جَنَاحَانِ أبْيَضَانِ مُكَلَّلانِ بِالدُّرِّ وَالياقُوتِ يَصْعَدُ إلى السَّمَاءِ فَيُسْمَعُ له دَوِيٌّ تَحْتَ العَرْشِ كَدَوِيِّ النَّحْلِ، فَيُقَالُ لَهُ اسْكُنْ فَيَقُولُ لا حَتَّى تَغْفِر لِصَاحِبي فَيُغْفَرُ لِقَائِلِها، ثُمَّ يُجْعَلُ بَعْدَ ذالِكَ لِلطَّائِرِ سَبْعُونَ لِسَانا تَسْتَغْفِرُ لِصَاحِبِهِ إلى يَوْمِ القِيَامَةِ، فإذَا كانَ يَوْمُ القِيَامَةِ جَاءَ ذالِكَ الطَّائِرُ يَكُونُ قَائِدَهُ وَدَلِيلَهُ إلى الجَنَّةِ
Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa membaca LAA ILAAHA ILLALLAHU maka keluarlah dari mulutnya seekor burung hijau dengan dua sayap putih yang berkulit dengan mutiara dan yakut, ia naik kelangit dan diperdengarkan padanya suara dibawah arasy bagaikan suara lebah, lalu dikatakan kepadanya: “Diamlah” sahutnya: “Tidak, sehingga Engkau mengampuni saudaraku”, Maka ia mengampuni pembacanya. Kemudian sesudah itu dijadikanlah pada burung itu tujuh puluh mulut yang memohonkan ampun pada sahabatnya sampai hari kiamat. Maka jika terjadi kiamat burung itu dating sebagai penuntunnya dan penunjuknya ke surga. (Kitab Lubabul Hadits)
وقال صلى الله عليه وسلم: مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ لا إلٰهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُول الله إلاَّ قَالَ الله تَعَالى صَدَقَ عَبْدِي أنا الله لا إلٰهَ إلاَّ أنا أُشْهِدُكُمْ يا مَلائَكَتِي قَدْ غَفَرْتُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّر
Nabi saw. bersabda: “Tiadalah dari seorang hamba yang membaca LAA ILAAHA ILLALLAHU MUHAMMADUR RASUULULLAAH melainkan Allah Ta’ala berfirman: “Benarlah hamba-Ku, Aku adalah Allah, tiada Tuhan melainkan Aku, Aku menjadikan saksi kamu semua hai para malaikat-Ku, Aku benar-benar telah mengampuninya dari dosanya yang telah berlalu dan akan datang”. (Kitab Lubabul Hadits)
Penjelasan: Maksudnya dosa yang diampuni adalah dosa kecilnya (sedangkan dosa besarnya harus bertaubat nasuhah agar dapat diampuni sama Allah).
وقال صلى الله عليه وسلم: مَنْ قَالَ لا إلٰهَ إلاَّ الله خَالِصا مُخْلِصا دَخَلَ الجَنَّةَ
Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa membaca LAA ILAAHA ILLALLAHU dengan ikhlas semata-mata karena Allah, maka dia masuk surga”. (Kitab Lubabul Hadits)
وقال صلى الله عليه وسلم: مَنْ كانَ أوَّلُ كَلاَمِهِ لا إلٰهَ إلاَّ الله وَآخِرُ كَلامِهِ لا إلٰهَ إلاَّ الله وَعَمِلَ ألْفَ سَيِّئَةٍ إنْ عَاشَ ألْفَ سَنَةٍ لا يَسْأَلُهُ الله عَنْ ذَنْبٍ وَاحِدٍ
Nabi Saw. bersabda: “Barangsiapa ucapan permulaannya LAA ILAAHA ILLALLAHU dan pada akhir ucapannya LAA ILAAHA ILLALLAHU dan ia melakukan seribu kejelekan, jika ia hidup seribu tahun, maka Allah tidak akan menanyakan dosanya sama sekali”. (Kitab Lubabul Hadits)
Penjelasan: Seribu kejelekan dalam hadits tersebut adalah dosa-dosa kecil.
Anjuran dari alfaqir: Jadi biasakanlah setiap pagi atau sehabis bangun tidur sebelum membaca amalan/doa bangun tidur agar membaca LAA ILAAHA ILLALLAHU MUHAMMADUR RASUULULLAAH 3x dan juga membacanya sebelum tidur, setelah membaca amalan sebelum tidur agar juga membaca LAA ILAAHA ILLALLAHU MUHAMMADUR RASUULULLAAH 3x (lalu tidur dan jangan berkata-kata lagi) agar kita menjadikan di awal dan di akhir perkataan kita LAA ILAAHA ILLALLAHU MUHAMMADUR RASUULULLAAH.
وروي أنه صلى الله عليه وسلم قال لسيدنا زيد الأنصاري: فإن صعب لك شيء من أمور الدينا فأكثر من قول لا اله إلاَّ الله محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
Diriwayatkan bahwasanya Nabi saw. bersabda kepada Zaid Al Anshariy: “ Jika kamu kesulitan sesuatu dari urusan dunia, maka perbanyaklah membaca LAA ILAAHA ILLALLAHU MUHAMMADUR RASUULULLAAH, WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL ‘ALIYYIL ‘AZHIIM”. (Kitab Tanqihul Qaul)
وقال صلى الله عليه وسلم: مَنْ قَالَ لا إلٰهَ إلاَّ الله مِنْ غَيْرِ عَجَبٍ طَارَ بِهَا طَائِرٌ تَحْتَ العَرْشِ، يُسَبِّحُ مَعَ المُسبِّحِينَ إلى يَوْمِ القِيَامَةِ وَيُكْتَبُ لَهُ ثَوَابُهُ
Nabi saw. Bersabda: “Barangsiapa mengucap LAA ILAAHA ILLALLAHU tanpa ujub (membanggakan diri), maka ucapan itu menjadikan terbangnya burung dibawah arasy bertasbih bersama orang-orang yang bertasbih sampai hari kiamat dan pahala tasbih itu ditetapkan untuknya”. (Kitab Lubabul Hadits)
وقال صلى الله عليه وسلم: مَنْ قالَ لا إلٰهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُولُ الله مَرَّةً غُفِرَ لَهُ ذُنُوبُهُ وَإنْ كانَتْ مِثْلَ زَبَدِ البَحْرِ
Nabi Saw. bersabda: “Barangsiapa mengucap LAA ILAAHA ILLALLAHU MUHAMMADUR RASUULULLAAH satu kali, maka dosa (kecil) nya diampuni sekalipun dosa-dosa itu seperti buih lautan”. (Kitab Lubabul Hadits)
وقال صلى الله عليه وسلم: ليس على أهل لا إله إلا الله وحشة في قبورهم ولا في نشورهم كأني أنظر إليهم عند الصيحة ينفضون رؤوسهم من التراب ويقولون الحمد لله الذي أذهب عنا الحزن إن ربنا لغفور شكور
Nabi saw. Bersabda: “Tidak ada kegelisahan di dalam atas ahli LAA ILAAHA ILLALLAHU di dalam kubur mereka dan kebangkitan mereka seolah-olah aku melihat mereka ketika ditiupkan sangkakala, mereka menebarkan kepala mereka dari debu dan mereka membaca ALHAMDULILLAAHIL LADZII IDZHABA ‘ANNALHAZANA INNA ROBBANAA LAGHOFUURON SYAKURON (Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka dari kami, sesungguhnya Tuhan kami Maha Pengampun Lagi Maha Syukur)”. (HR. Abu Ya’la, Ath Thabarani dan Al Baihaqi dari hadits Ibnu Umar, Kitab Ihya Ulumiddin)
وقال صلى الله عليه وسلم أيضا لأبي هريرة يا أبا هريرة إن كل حسنة تعملها توزن يوم القيامة إلا شهادة أن لا إله إلا الله فإنها لا توضع في ميزان لأنها لو وضعت في ميزان من قالها صادقا ووضعت السموات السبع والأرضون السبع وما فيهن كان لا إله إلا الله أرجح من ذلك
Nabi saw. bersabda: “Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya setiap kebaikan yang kamu lakukan itu pada hari kiamat ditimbang, kecuali kesaksian (mengucap LAA ILAAHA ILLALLAHU) bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, Maka itu tidak diletakkan didalam timbangan karena seandainya kalimat itu diletakkan pada timbangan orang yang mengucap dengan jujur dan diletakkan tujuh langit dan tujuh bumi dan apa yang ada padanya maka LAA ILAAHA ILLALLAAHU itu lebih unggul daripada itu (tujuh langit, tujuh bumi dan apa yang ada padanya)”. (HR. Al Mustaghfiri dari hadits Abu Sa’id, Marfu. Didalam Kitab Ihya Ulumiddin)
وقال صلى الله عليه وسلم لتدخلن الجنة كلكم إلا من أبى وشرد عن الله عز وجل شراد البعير عن أهله فقيل يا رسول الله من الذي يأبى ويشرد عن الله قال من لم يقل لا إله إلا الله
Nabi saw. Bersabda: “Masing-masing kamu masuk surge, kecuali orang-orang yang enggan dan lari dari Allah ‘Azza Wa Jalla seperti larinya unta dari pemiliknya”, maka ditanyakan: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang enggan dan lari dari Allah?”, Beliau bersabda: “Orang yang tidak mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAAHU (Tidak ada Tuhan melainkan Allah)”. (HR. Bukhori dari hadits Abu Hurairah ra., Didalam Kitab Ihya Ulumiddin)
عن الشيخ أبي زيد القرطبي قال: سمعت في بعض الآثار أن من قال: لا اله إلا الله سبعين ألف مرة كانت له فداء من النار، فعملت على ذلك رجاء بركة الوعد فعملت منها لأهلي وعملت منها أعمالاً ادخرتها لنفسي وكان إذ ذاك يبيت معنا شاب يقال إنه يكاشف في بعض الأوقات بالجنة والنار، وكانت الجماعة ترى له فضلاً على صغر سنه، وكان في قلبي منه شيء، فاتفق أن استدعانا بعض الإخوان إلى منزله، فنحن نتناول الطعام والشاب معنا إذ صاح صيحة منكرة، واجتمع في نفسه وهو يقول: يا عم هذه أمي في النار، وهو يصيح بصياح عظيم لا يشك من سمعه أنه عن أمر، فلما رأيت ما به من الانزعاج قلت في نفسي اليوم أجرب صدقه فألهمني الله السبعين ألفاً، ولم يطلع على ذلك أحد إلا الله، فقلت في نفسي: الأثر حق، والذين رووه صادقون: اللهم إن السبعين ألفاً فداء هذه المرأة أمّ هذا الشاب، فما استتمت الخاطر في نفسي إلا أن قال: يا عمّ ها هي أخرجت الحمد لله
Asy-Syaikh Abu Zaid Al Qurtubi ia berkata: Saya telah mendengar hadits (ada yang mengatakan atsaar) yang menerangkan bahwa: siapa yang membaca LAA ILAAHA ILLALLAH tujuhpuluh ribu (70.000) kali, maka akan jadi tebusan dari api neraka, maka saya kerjakan itu karna mengharap berkat janji itu, juga saya kerjakan untuk keluargaku, juga saya telah berbuat lain-lain amal untuk tabunganku di hari kiamat.
Bertempatan di tempat kami, bermalamlah seorang pemuda ahli kasyaf, bahkan adakalanya (sewaktu-waktu dibuka hijabnya sama Allah) ia menerangkan kasyafnya mengenai surga dan neraka, orang-orangpun mengakui kelebihan pemuda itu meski usianya masih muda, bahkan saya juga menaruh kepercayaan terhadapnya.
Bertepatan kami di undang oleh kawan untuk makan minum di rumahnya, dan pemuda itu juga bersama kami dalam undangan itu, tiba-tiba ia menjerit sekeras-kerasnya, lalu ia berkata : ya ammi (paman), itu ibuku berada dalam api neraka, lalu ia menjerit kembali sekeras-kerasnya.
Ketika saya melihat keadaan itu, timbul perasaan dalam hati, akan saya uji kebenarannya, maka saya membaca LAA ILAAHA ILLALLAH tujuhpuluh ribu (70.000) kali dan tiada seorangpun mengetahui bahwa saya sedang membaca itu, kecuali Allah, dan saya percaya bahwa hadits itu benar, dan orang-orang yang meriwayatkannya semua benar, lalu saya berdoa: “ALLAAHUMMA INNA HADZIHIS-SAB’INA ALFAN FIDA’A HADZIHIL MAR’ATI UMMI HADZASY-SYAAB (Ya Allah, sesungguhnya tujuhpuluh ribu (LAA ILAAHA ILLALLAH 70.000) ini, aku hadiahkan untuk tebusan ibu pemuda ini).”. maka belum selesai perasaan dalam hatiku, tiba-tiba pemuda itu berkata: ya ammi (paman), ibuku telah keluar dari api Walhamdulillah. (Didalam Kitab Irsyadul ‘Ibad Ilasabilirrasyad => Asy-Syaikh Zainuddin Al Malibari dan Kitab Raudhur Rayahin => Asy-Syaikh Imam Abdullah bin Asad Ali bin Fallah al-Yafii)
وقال صلى الله عليه وسلم: إذا مَرَّ المُؤْمِنُ عَلَى المَقَابِرِ فَقَالَ لا إلٰهَ إلاَّ الله وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لا يَمُوتُ. بِيَدِهِ الخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ نَوَّر الله تِلْكَ القُبُورَ كُلِّهَا وَغَفَرَ لِقَائِلهَا وَكَتَبَ لَهُ ألْفَ ألْفِ حَسَنَةٍ وَرَفَع لَهُ ألْفَ ألْفِ دَرَجَةٍ وَحَطَّ عَنْهُ ألْفَ ألْفِ سَيِّئَةٍ
Nabi saw. Bersabda: “Apabila seorang mukmin melewati makam/kubur lalu membaca: LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIITU WA HUWA HAYYUN LAA YAMUUTU BIYADIHIL KHAIRU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAIIN QADIIR (Tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah semata, tidak ada serikat bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian, yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha hidup dan tidak akan mati. Di tangan-Nya segala kebaikan, Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu), maka Allah menerangi seluruh kubur itu dan mengampuni pembacanya, menulis baginya sejuta kebaikan, mengangkat baginya sejuta derajat, dan menghapus baginya sejuta kejelekan (dari dosa-dosa kecil)”. (Kitab Lubabul Hadits)
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُعَاذٍ الضَّرِيرُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ مَوْلَى آلِ الزُّبَيْرِ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ حِينَ يَدْخُلُ السُّوقَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ كُلُّهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Mu’adz Adl Dlarir berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Amru bin Dinar -mantan budak keluarga Az Zubair- dari Salim bin Abdullah bin Umar dari Bapaknya dari Kakeknya ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa ketika masuk pasar mengucapkan; “LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIITU WA HUWA HAYYUN LAA YAMUUTU BIYADIHIL KHAIRU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAIIN QADIIR (Tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah semata, tidak ada serikat bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian, yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha hidup dan tidak akan mati. Di tangan-Nya segala kebaikan, Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu). Maka Allah akan menuliskan baginya satu juta kebaikan, dihapuskan darinya satu juta keburukan, dan Allah akan membangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Ibnu Majah No.2226, At Tirmidzi No.3350, 3351, Ad Darimi No.2576)
عليكم بلا اله الا الله و الاستغفار فأكثروا منهما فان ابليس قال : اهلكت الناس بالذنوب و اهلكونى بلا اله الا الله و الاستغفار فلما رايت ذلك اهلكتهم بالاهواء وهم يحسبون انهم مهتدون
Abubakar As Siddiq ra., Nabi Muhammad saw. bersabda : Pentingkanlah untuk banyak-banyak membaca LAA ILAAHA ILLALLAAH dan ISTIGHFAR, karena Iblis pernah berkata : saya merusak manusia dengan dosa-dosa, dan mereka merusak aku dengan LAA ILAAHA ILLALLAAH dan ISTIGHFAR, manakala aku melihat bacaan tersebut (dibacanya), maka saya rusak mereka dengan HAWA NAFSU sehingga mengira bahwa telah memperoleh hidayah. (HR. Ahmad dan Abu Ya’la, Didalam Kitab Nashoihul Ibad)
و حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ فُضَيْلُ بْنُ حُسَيْنٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ كِلَاهُمَا عَنْ بِشْرٍ قَالَ أَبُو كَامِلٍ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بْنُ غَزِيَّةَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عُمَارَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ جَمِيعًا بِهَذَا الْإِسْنَادِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Kamil Al Jahdari Fudlail bin Husain dan Utsman bin Abu Syaibah keduanya dari Bisyr – Abu Kamil berkata- Telah menceritakan kepada kami Umarah bin Ghaziyyah telah menceritakan kepada kami Yahya bin Umarah ia berkata, saya mendengar Abu Sa’id Al Khudri berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tuntunlah orang yang sedang berada di penghujung ajalnya (sekratul maut) agar membaca (kalimat), ‘LAA ILAAHA ILLALLAH.’” Dan telah menceritakannya kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz Ad Darawardi -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal semuanya menggunakan isnad ini. (HR. Muslim No.1523, 1524, Abudaud No.2710, Ahmad No.10570, Ibnu Majah No.1434, 1435, An Nasa’I No.1803)
عن النبي صلى اللَّه عليه وسلم أنه قال: من لقن عند الموت لا إله إلا اللَّه دخل الجنة
Dari Nabi Saw. bersabda : Barangsiapa yang dituntun dengan kalimat Laa Ilaaha Illallaah ketika akan mati (membaca kalimat tersebut) pasti masuk surga. (Kitab Tanbihul Ghofilin)
عن النبي صلى اللَّه عليه وسلم أنه قال: من كان آخر كلامه من الدنيا لا إله إلا اللَّه دخل الجنة
Dari Nabi Saw. bersabda : Barangsiapa yang akhir katanya dari dunia ini (saat meninggal membaca) LAA ILAAHA ILLALLAAH pasti masuk surga. (Kitab Tanbihul Ghofilin).
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang berhubungan dengan keutamaan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAHU tersebut.
Wahai sahabat dan murid-muridku, alfaqir berpesan kepada kalian dan khususnya untuk diri alfaqir agar memperbanyak membaca LAA ILAAHA ILLALLAHU MUHAMMADUR RASUULULLAAH sebelum terhalang antara kalian dan kalimat itu, karena kalimat itu adalah kalimat Tauhid, kalimat ikhlas, kalimat taqwa, kalimat baik dan kalimat itu adalah seruan kebenaran, kalimat itu adalah tali yang kuat, dan kalimat itu adalah harga dan kunci surga.
Alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) ijazahkan semua amalan tersebut diatas bagi siapa saja yang mau mengamalkannya..
Dikutip dari :
* Kitab Hadits Kutubu Tis’ah.
* Riyadhus Shalihin => Al Imam An Nawawi.
* Irsyadul ‘Ibad Ilasabilirrosyad => Asy Syaikh Zinuddin Al Maribariy.
* An Nashaaih Ad Diniyah wal washaaya Al Imaaniyah => Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.
* Risalatul Mu’awanah => Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.
* Tanbihul Ghafilin => Al Imam Abul Laits As Samarqandi.
* Lubabul Hadits => Al Imam Al Hafidz Jalaluddin Abdurrahman bin Abii Bakar As Suyuthi.
* Tanqihul Qaul => Asy Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al Bantani
Oleh: Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.
Read More... Inilah Keutamaan Kalimat Laa Ilaaha Illallaah

Membaca Surat Al Fatihah Dalam tahlil


Membaca Surat Al Fatihah Dalam tahlil

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Buya, saya mau bertanya sama Buya. Dalam acara tahlilan biasanya membaca Al-Fatihah pada arwah. Mohon penjelasannya ?
Fahri –Majalengka – 085-224-479-XXX
Wa’alaikumsalam Wr.Wb
Buya Yahya Menjawab:
Tahlilan adalah membaca ayat suci Al-Qur’an dan kalimat-kalimat dzikir kemudian setelah itu berdoa memohon kapada Allah agar pahala bacaan Al-Qur’an dan dzikir tersebut diberikan oleh Allah kepada orang yang telah meninggal dunia. Sudah disepakati para ulama bahwa hal itu adalah hal yang diperkenankan, dan dengan kemurahan Allah, orang yang meninggal dunia akan mendapatkan pahala tersebut.
Adapun membaca Al-Fatihah adalah seperti hadits yang diriwayatkan Imam Muslim bahwa yang membaca 1 huruf dari surat Al-Fatihah dibarengi dengan permohonan kepada Allah maka Allah akan mengkabul doa tersebut. Lihat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shohih Muslim hadits no: 1339. Itulah kenapa para ulama setiap mengakhiri doa atau memulai doa membaca Al-Fatihah. Yaitu agar di Kabul doanya.
Wallahua a’lam bishowab.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ بَيْنَمَا جِبْرِيلُ قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ نَقِيضًا مِنْ فَوْقِهِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ هَذَا بَابٌ مِنْ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ فَقَالَ هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى الْأَرْضِ لَمْ يَنْزِلْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ فَسَلَّمَ وَقَالَ أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلَّا أُعْطِيتَهُ
Dari Ibnu Abbas ra. Dia berkata, “Pada saat Jibril duduk bersama Nabi saw. Tiba-tiba beliau mendengar suara gemuruh dari atas beliau, maka beliau pun menengadahkan kepalanya keatas. Jibril berkata, ‘Itu adalah suara pintu dari langit. Hari ini pintu tersebut dibuka dan pintu itu tidak pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini. Kemudian turunlah malaikat dari langit’ Jibril berkata, ‘Ini adalah malaikat yang turun ke bumi, dan ia tidak pernah turun sama sekali kecuali pada hari ini’. Selanjutnya malaikat itu memberi salam dan berkata, ‘Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, dan dua cahaya itu tidak pernah diberikan kepada Nabi sebelum kamu. Dua cahaya itu adalah surat Al Fatihah dan ayat-ayat terakhir dari surat Al Baqarah. Tidak satupun huruf yang engkau baca darinya melainkan akan dikabulkan (permintaan yang terkandung padanya)’.” (HR. Muslim).
::selesai::
INGIN BERTANYA?
Silahkan kunjungi website Forum Tanya Jawab Buya Yahya.
Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al Bahjah Cirebon.
Jl. Pangeran Cakra Buana Kel. Sendang Blok. Gudang Air No. 179 Sumber – Cirebon 45611 Indonesia
Read More... Membaca Surat Al Fatihah Dalam tahlil

Sabtu, 12 April 2014

1672. MANFAAT DAN KEUTAMAAN ASMAUL HUSNA lanjutan

71. Al – Muqaddim (Maha Mendahulukan)
> Barang siapa yang membaca Asma Allah ini sebanyak – banyaknya pada saat perang atau jihad, Allah akan memberikan keberanian kepadanya dan ia akan selamat dari musuhnya.
> Orang yang membacanya secara terus menerus akan menjadi tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
> Orang yang mengetahui tuntutan hawa nafsu dan keadaan jiwanya, dan yang mengetahui bahwa hawa nafsu menariknya ke bawah menuju tanah karena ia diciptakan dari tanah, sedangkan jiwanya menarik keatas menuju langit karena ia berasal dari arah itu, dapat membiasakan membaca Asma Allah ini sebanyak 148 kali setiap hari. Orang itu akan diberikan kearifan untuk memilih prioritaasnya di dalam hidup ini maupun kehendak untuk melaksanakan kewajiban – kewajiban kita untuk akhirat tepat pada waktunya, dan akan mencapai keberhasilan pada keduanya.
72. Al – Mu’akhkhir ( Maha Mengakhirkan)
> Orang beriman yang membiasakan membaca Asma Allah ini sebanyak 100 kali sehari menjadi mampu melihat kesalahan mereka dan bertobat.
> Jika orang yang bertobat membaca Asma Allah ini sebanyak 1.000 kali, Insya Allah tobat mereka akan diterima. Tanda diterimanya tobat adalah menguatnya keinginan mereka untuk melaksanakan sholat.
> Jika seseorang ingin mencegah orang zalim dari mendapatkan pangkat yang tinggi, maka hendaklah dia membaca Asma Allah ini sebanyak 1.446 kali sebelum matahari terbit selama tujuh hari berturut – turut. Dengan kehendak Allah dia mampu mencegahnya.
(Allah bereksistensi dengan sendirinya. Eksistensi-Nya tidak bergantung kepada selain diri-Nya sendiri dan Dia Maha Tinggi dari segala eksistensi yang lain. Dialah yang memberikan apa yang diperlukan bagi eksistensi segala sesuatu.)
73. Al – Awwal (Maha Awal, Yang Tidak Berpermulaan)
> Barang siapa yang menginginkan anak laki – laki hendaknya membaca Asma Allah ini sebanyak 40 kali setiap hari selama 40 hari. Maka keinginannya akan terkabul.
> Jika seorang musafir membaca Asma Allah ini 1.000 kali pada hari jumat ia akan segera kembali kerumah dalam keadaan selamat dan sehat.
> Orang yang memiliki banyak persoalan atau kehilangan kekasih hatinya harus membaca yaa Awwal sebanyak 1.000 kali selama 40 jumat berturut – turut. Keinginan mereka akan terpenuhi.
74. Al – Aakhir (Maha Akhir)
> Barang siapa yang ingin agar cinta kepada Allah tertanam kuat dalam hatinya, cinta kepada selain Allah hilang dari hatinya, dosa – dosanya di ampuni dan mati dalam keadaan beriman hendaknya ia membaca Asma Allah ini 1.000 kali setiap hati.
> Kaum beriman yang membaca Asma Allah ini sebanyak 100 kali sehari akan berhenti membodohi diri mereka sendiri dan melihat kebenaran.
> Jika seseorang sedang diserang oleh musuh dan membaca ya Aakhir sebanyak 800 kali, niscaya si penyerang akan mundur.
> Membaca Asma Allah ini sebanyak 1.000 kali setiap hari jumat akan membantu meningkatkan rezeki seseorang.
(Sifat “Yang Pertama” dan “Yang Terakhir” harus dibaca, disebut dan diingat secara bersamaan karena artinya laksana sebuah lingkaran dimana awal dan akhir adalah satu)
75. Azh – Zhaahir (Maha Nyata)
> Jika Seorang beriman memiliki niat baik dan berupaya keras untuk mewujudkannya, maka hendaklah dia melakukan sholat sunat dua rakaat kemudian membaca Huwa al-Awwal wa al-Aakhir wa al-Zhahir wa al Baathin wa huwa bi kull syay’ ‘Aliim (“Dialah Yang Pertama dan Yang Akhir, Yang Tampak dan Yang Tersembunyi dan Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu”) sebanyak 145 kali. Dia akan mendapat kesempatan yang lebih baik untuk memperoleh apa yang diinginkannya.
> Membaca Asma Allah ini memampukan seseorang untuk melihat segala sesuatu yang sebelumnya tersembunyi.
> Jika Seseorang memiliki kesulitan dan tidak mengetahui jalan keluarnya, maka setelah mengerjakan shalat isya hendaklah dia mengerjakan sholat sunat dua rakaat lalu membaca yaa Zhaahirsebanyak 1.006 kali, seraya memohon kepada Allah agar ditunjukkan jalan keluar dari masalah tersebut. Jalan keluarnya akan diperlihatkan kepadanya dalam mimpi.
> Orang yang membaca Asma Allah sebanyak 500 kali setiap hari setelah matahari terbit, Allah akan memberikan kepadanya pandangannya dan hatinya di penuhi cahaya.
76. Al – Baathin (Maha Tersembunyi)
> Jika kaum beriman membiasakan diri membaca Asma Allah sebanyak 33 kali dalam sehari maka alam batin mereka akan menjadi terang, mata hati mereka akan terbuka, mereka akan mulai melihat Hakikat yang sebenarnya dan memahami makna segala sesuatu, atas izin Allah. Mereka akan memperoleh kedamaian, ucapan mereka akan menjadi manis dan bermanfaat. Mereka akan dicintai dan dihormati oleh orang lain.
> Barang siapa yang senantiasa membaca huwal awwalu wal aakhiru wazh zhahiru wal baathinu wa huwa bikulli syai’in qadiir setelah mengerjakan sholat 2 rakaat, maka semua hajatnya akan terpenuhi, Insya Allah.
> Khasiat ism Al – Baathin yaitu untuk mendapatkan rasa tenteram bagi orang yang berdzikir dengannya, setiap hati tiga kali dan tiap – tiap kali sesaat lamanya.
77. Al – Waaliy (Maha Memerintah, Yang Menguasai Segala Urusan)
> Barang siapa yang membaca Asma Allah ini berulang – ulang, ia akan diselamatkan dari bencana yang tidak diinginkan.
> Jika Asma Allah ini ditulis di gelas atau wadah keramik, kemudian gelas atau wadah tersebut diisi dengan air, dan air itu dipercikan di rumah, maka rumah tersebut akan diselamatkan dari bencana, Insya Allah.
> Jika seseorang bermaksud menundukkan orang lain, hendaknya ia membaca Asma Allah ini 11 kali.
> Jika seorang beriman yang memikul tanggung jawab kekuasaan membaca Asma Allah ini sebanyak 1.000 kali setiap hari jum’at demi kebaikan rakyat yang beras di bawah kekuasaannya, maka ucapannya akan berfaedah bagi mereka. Mereka juga akan menjadi lebih bersyukur, hormat dan patuh padanya.
78. Al – Muta`aaliy (Maha Tinggi)
> Jika seorang beriman yang diturunkan dari jabatannya padahal dia tidak bersalah, kemudian membaca Asma Allah ini sebanyak 540 kali, maka dia akan memperoleh kembali jabatannya itu atau dinaikan jabatannya yang lebih dari orang lain dengan kualifikasi yang sama.
> Seseorang yang akan melakukan wawancara hendaknya membaca Asma Allah sebanyak 540 kali, akan membantu orang tersebut untuk menjadi lebih efektif.
> Orang yang sering membaca Asma Allah ini, segala permasalahannya akan segera terpecahkan.
> Wanita yang membaca Asma Allah ini sebanyak – banyaknya akan terbebas dari rasa sakit, Insya Allah.
(“Orang yang membaca Al – Quran dan tidak mengamalkan apa yang dibacanya laksana orang yang tidak pernah melihat Al – Quran. Orang yang memandang wajah orang tuanya dengan marah, meskipun dia melayani keduanya dengan tekun, berarti dia tidak mengurus mereka. Aku tidak dapat berbuat apa – apa terhadap orang – orang semacam itu dan mereka juga tidak dapat berbuat apa – apa terhadapku” [HADIST NABI] )
79. Al – Barr (Maha Baik, Maha Kebajikan)
> Barang siapa yang kecanduan minuman keras, berzina atau perbuatan maksiat lainnya, hendaknya membaca Asma Allah ini 700 kali setiap hari, Insya Allah ia akan mendapatkan hidayah dari Allah.
> Jika Asma Allah ini dibaca sebanyak – banyaknya maka akan sangat manjur untuk menghilangkan cinta dunia.
> Barang siapa yang membaca Asma Allah ini 7 kali kemudian meniupkannya pada anaknya segera setelah lahir, Allah SWT akan memberikan perlindungan kepada anaknya dari bencana hingga dewasa.
> Untuk mendatangkan kebajikan di dalam segala yang ada bagi orang yang berdzikir dengannya.
> Orang – orang yang lumpuh dan terus menerus membaca Asma Allah ini sebanyak 202 kali setiap hari akan mendapatkan kesembuhan, keringanan atau ketabahan untuk menanggung penyakit mereka.
> Orang – orang yang sedang berada di tengah laut ketika terjadi badai akan selamat jika mereka terus menerus membaca Asma Allah.
(Orang munafik laksana ruangan yang sudah digunakan. Bagian luarnya tampak bersih tetapi bagian dalamnya kotor)
80. At – Tawwaab (Maha Penerima Taubat)
> Barang siapa yang menginginkan agar Allah memberikan taufik kepadanya untuk bertaubat, hendaknya membaca Asma Allah ini 360 kali setiap hari setelah sholat Dhuha.
> Jika Asma Allah ini dibaca 10 kali dihadapan seorang yang zalim, orang yang membacanya akan segera terbebas dari kezalimannya, Insya Allah.
> Orang beriman yang tidak dapat berhenti melakukan kesalahan, tetapi dia menyadarinya, dan dipenui perasaan bersalah, hendaknya membaca Asma Allah sebanyak 400 kali pada pagi hari. Pada suatu hari dia akan merasakan bahwa tobatnya diterima. Tanda diterimanya tobat adalah bahwa seseorang tidak dapat lagi melakukan perbuatan dosa itu, dan ingatan akan dosa itu hilang dari pikirannya.
81. Al – Muntaqim (Maha Pembalas)
> Jika seorang beriman dizalimi oleh musuh Allah yang layak dijatuhi hukuman, maka dengan membaca yaa Muntaqim yaa Qahhaarsebanyak 1.000 kali selama satu hari, maka kekuatan si zalim itu akan musnah.
> Barang siapa yang tidak berbuat zalim dan ingin membalas musuhnya tetapi tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya, hendaknya membaca Asma Allah ini terus – menerus selama 3 jumat, maka Allah sendiri yang akan membalasnya.
(Banyak kemalangan yang menimpa manusia merupakan akibat dosa mereka yang tak mengenal tobat. Jika engkau mengeluh terhadap kesulitan ini, maka kesulitan tersebut justru akan bertambah. Tetapi, jika engkau menerimanya, memandangnya sebagai kehendak Allah, dan tunduk maka Allah akan mempertimbangkan sikap tunduk itu sebagai penghapus dosa – dosamu dan sebagai tobat yang sesungguhnya, sehingga kesulitan itu pun akan sirna.)
82. Al - `Afuww (Maha Pemaaf, Maha Mengampuni)
> Barang siapa memperbanyak dzikir dengan Asma Allah ini, niscaya Allah akan membukakan baginya pintu maaf dan ampunan – Nya.
> Seorang beriman yang membaca Asma Allah ini sebanyak 166 kali sehari akan mampu dalam mengendalikan keinginan jahat hawa nafsunya. Sifatnya akan membaik dan orang – orang akan memaafkan kesalahannya.
> Ingat untuk membaca Asma Allah ini ketika tengah berada di ambang kemarahan yang tak terkendali dan diikuti dengan membaca salawat kepada nabi Muhammada SAW akan membantu meredakan amarah seseorang.
> Orang yang tengah menghadapi hakim yang akan menjatuhkan hukuman atas kesalahan yang telah dilakukannya, hendaklah membaca nama ini sebanyak 166 kali, maka hukumannya akan dibatalkan atau dikurangi.
83. Ar – Ra’uuf (Maha Pengasih)
> Orang beriman yang membaca Asma Allah ini sebanyak 286 kali sehari akan memiliki hati yang penuh dengan kemurahan dan kepedulian terhadap orang lain, dan perasaan ini akan bersifat timbal balik. Orang tersebut juga akan diberi jalan untuk menolong orang yang sedang membutuhkan pertolongan.
> Barang siapa berdzikir dengan Asma Allah ini sebanyak 10 kli ketika sedang dilanda amarah, dan kemudian membaca salawat nabi Muhammad SAW 10 kali juga, niscaya akan redalah kemarahannya. Demikian pula jika dibacakan dihadapan orang yang sedang marah.
> Barang siapa yang menginginkan agar seluruh makhluk mencintainya dan sebaliknya, hendaknya membaca Asma Allah ini berulang – ulang.
84. Maalikul – Mulk (Maha Menguasai Kerajaan)
> Orang beriman yang membaca Asma Allah ini sebanyak 212 kali setiap hari akan memperoleh rezeki yang banyak dengan cara yang tak terduga. Keraguan yang mungkin ada dalam pikiran mereka akan berubah menjadi keyakinan. Rakyat yang mereka perintah akan menghormati dan mematuhi mereka dengan ikhlas.
> Barang siapa membaca Asma Allah ini secara rutin, maka Allah akan memberikan harta kekayaan kepadanya dan dikayakan-Nya berkat karunia dan kemurahan-Nya.
(Manusia adalah alam semesta dalam bentuk mikrokosmos; apa pun yang bereksistensi di alam semesta, bereksistensi di dalam diri kita. Manusia juga merupakan makhluk tertinggi dan wakil Allah. Itulah mengapa untuk jangka waktu tertentu Allah memberikan kepada sebagian hamba-Nya kerajaan, tanah, kekayaan, kesejahteraan, dan membiarkan mereka menguasainya. Allah juga memberikan kepada hamba – hamba tertentu pengetahuan mengenai cara mengatur sehingga kerajaan mereka berkembang dan keuntungan mereka pun bertambah)
85. Dzul – Jalaali Wal – Ikraam (Maha Memiliki Kebesaran dan Kemulian)
> Berkhasiat mendatangkan kemuliaan, kehormatan dan kebesaran bagi orang yang berdzikir dengan Asma Allah ini.
> Rasulullah bersabda: “Bacalah Dzuu al-Jalaal wa al-Ikraam jika kamu memohon sesuatu dari Allah.
> Jika seorang beriman membaca Asma Allah ini 100 kali dalam sehari selama seminggu, maka semua beban kesulitan, keraguan, dan persoalan akan meninggalkan hatinya, sehingga hatinya akan terbebas dari khayalan, rasa cemas dan harapan yang sia – sia. Kejahatan tidak akan menyentuhnya dan dia akan mendapatkan kedamaian.
(Ada rahasia dalam tindakan-Nya menangguhkan hukuman dan memaafkan dosa. Dalam mengajarkan kita bahwa api neraka itu ada, Dia mengajarkan kita bahwa ada banyak jalan untuk menyelamatkan diri. Hal itu tak ubahnya seperti pengumuman tuan rumah yang kaya, dermawan dan pemurah yang menyatakan: “Pintu – pintu rumah kami terbuka, meja – meja kami sudah ditata. Orang yang mendapatkan undangan ini dipersilakan datang, dan kami tidak mencerca orang yang tidak datang ke pesta kami”)
86. Al – Muqsith (Maha Mengadili)
> Barang siapa berdzikir dengan Asma Allah ini secara rutin, maka Allah akan mencegah waswas darinya dan melindunginya dari keragu – raguan yang dihembuskan oleh setan.
> Jika pikiran seseorang selalu mengembara pada saat dia tengah mengerjakan sholat, maka dengan membaca Asma Allah ini sebanyak 239 kali sebelum mulai mengerjakan sholat akan ada faedahnya.
> Jika Asma Allah ini dibaca 700 kali untuk suatu tujuan, maka tujuan tersebut akan tercapai, Insya Allah.
> Banyak membaca Asma Allah ini juga akan membantu menenangkan orang ketika mereka sedang marah atau depresi.
87. Al – Jaami` (Maha Mengumpulkan)
> Jika keluarrga atau sanak keluarga seseorang saling terpisah, hendaknya ia mandi pada saat dhuha, kemudian menengadahkan pandangan ke arah langit dan membaca Asma Allah ini 10 kali. Tetapi menghitungnya hendaknya dengan jari sedemikian rupa sehingga dalam setiap bacaan, jarinya tetap tertutup hingga hitungan yang kesepuluh. Setelah itu hendaknya tangannya diusapkan ke wajah. Insya Allah keluarga yang saling terpisah akan berkumpul.
> Jika seseorang yang kehilangan sesuatu atau terpisah dari orang yang dicintainya, maka membaca yaa Jaami’ sebanyak 114 kali diikuti dengan yaa Jaami’ al-Naas li yawm laa rayb fiih ijmaa’ ‘alayya dalatii(“Wahai Tuhan yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan mengenainya, satukanlah apa yang telah hilang dariku dengan diriku”) akan berfedah untuk menemukan apa yang telah hilang.
> Barang siapa memperbanyak berdzikir dengan Asma Allah ini, maka ia akan berhasil mencapai cita – citanya.
88. Al – Ghaniiyy (Maha Kaya)
> Jika dibacakan atas sesuatu yang sakit di tubuhnya atau tubuh orang lain, niscaya akan dilenyapkan Allah SWT sakitnya itu.
> Jika orang – orang yang memiliki kebutuhan material membaca Asma Allah ini sebanyak 1.060 kali pada hari sabtu, maka mereka tidak akan membutuhkan pertolongan dari orang lain, karena Allah akan memenuhi kebutuhan mereka dari tempat – tempat yang sama sekali tidak dapat diduga.
> Jika seseorang membaca Asma Allah ini sebanyak 70 kali, Allah akan mengaruniakan keberkahan pada kekayaannya dan kebutuhannya akan tercukupi.
89. Al – Mughniiy (Maha Pemberi Kekayaan)
> Orang yang berdzikir dengan Asma Allah ini sebanyak 1.000 kali tiap hari, niscaya Allah akan menjadikannya kaya – raya.
> Barang siapa yang membaca salawat 11 kali sebelum dan sesudah membaca Asma Allah ini sebanyak 1.111 kali, ia akan dikaruniai kekayaan ruhani dan materi. Membacanya hendaknya dilakukan setelah sholat fajar atau sholat isya. Tetapi Surat Muzzammil juga harus dibaca bersama Asma Allah ini.
> Membaca Asma Allah ini sebanyak 1.121 kal setiap hari jumat selama 10 jumt berturut – turut akan membantu menghilangkan perasaan cemas.
> Jika orang membacakan Asma Allah ini pada telapak tangan dan menggosokkannya kepada bagian tubuhnya yang terasa sakit, maka dia akan sembuh. Hal ini juga dapat menolong membebaskan orang – orang yang dipenjara secara tidak adil.
90. Al – Maani` (Maha Mencegah, Maha Menolak)
> Barang siapa memperbanyak dzikir dengan Asma Allah ini, niscaya segala permintaannya akan dikabulkan oleh Allah dan ditolak-Nya kejahatan darinya.
> Membaca Asma Allah ini sebanyak 161 kali pada pagi dan sore hari membantu menghilangkan penyakit dan rasa takut.
> Jika sepasang suami istri merasa kehilangan rasa cinta diantara mereka, membaca Asma Allah ini secara perlahan ditempat tidur akan menghidupkan kembali cinta di antara keduanya.
> Membaca Asma Allah ini dalam perjalanan akan membantu menjauhkan bahaya dan kesulitan.
(Jika kita tidak mendapatkan apa – apa yang kita inginkan, hal itu bukanlah Dia tidak mengetahuinya, bukan karena Dia tidak memilikinya, bukan karena Dia tidak dapat memberikannya, atau karena Dia tidak mampu menyerahkannya kepada kita. Dia Maha Sempurna, Maha Suci dari segala kekurangan. Meski alasannya mungkin saja tidak kita ketahui, kita harus percaya bahwa jika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, itulah yang terbaik untuk kita.)
91. Al – Dhaarr (Maha Pemberi Bahaya)
> Barang siapa yang membaca Asma Allah ini 100 kali pada malam jumat, ia akan diselamatkan bencana jasmani dan ruhani. Disamping itu juga akan mendekatkan orang yang membacanya kepada Allah.
> Seseorang yang dipaksa turun kepada kedudukan yang lebih rendah dari yang ditempatinya sebelumnya dapat membaca yaa Dhar, yaa Naafi’ sebanyak 100 kali setiap malam jumat atau lebih baik lagi pada tanggal 13, 14, 15 pada bulan Qamariyah, maka orang – orang itu akan mendapatkan kembali kedudukannya.
> Membaca Asma Allah ini sebanyak 1.001 kali akan menyelamatkan seseorang dari musuh yang zalim.
92. An – Naafi` (Maha Pemberi Manfaat)
> Barang siapa yang menaiki kapal atau menaikan barangnya di kapal, hendaknya membaca Asma Allah ini sebanyak – banyaknya. Insya Allah ia akan diselamatkan dari semua bahaya.
> Jika dibaca Asma Allah ini sebanyak 41 kali sebelum mengerjakan suatu tugas, maka tugas tersebut akan dapat diselesaikan dengan mudah.
> Jika Asma Allah ini dibaca sebelum berjima’, Allah akan mengaruniakan kepadanya anak yang sholeh.
> Membaca Asma Allah ini akan menghilangkan kesedihan, depresi dan stress.
(Sesungguhnya penderitaan yang kita alami dan musibah yang menimpa kita tak lain adalah karena kesalahan kita sendiri. Meskipun Allah menciptakan kejahatan dan memerintahkan kita menjauhinya dan melarang kita darinya, namun kita malah mengejar hal – hal yang dilarang)
93. An – Nuur ( Maha Bercahaya)
> Barang siapa yang membaca Asma Allah ini 1.001 kali setelah membaca Surat An-Nur, hatinya akan disinari dengan nur dan cahaya Allah.
> Jika orang – orang beriman, yang hati mereka diliputi gelapnya keraguan dan kesedihan, membaca Surat An-Nur sebanyak 7 kali dan membaca Asma Allah ini sebanyak 1.000 kali, niscaya keraguan mereka akan hilang dan hati mereka akan manjadi terang.
> Jika seseorang yang tersesat membaca Asma Allah ini sebanyak 265 kali, maka dia akan menemukan kembali jalannya.
> Membaca Asma Allah ini akan menerangi kalbu dan anggota tubuh orang yang berdzikir dengannya. Oleh karena itu, Rasulullah SAW memperbanyakkan menyebutnya dalam doanya sebagai berikut : “Ya Allah, adakan cahaya di dalam kalbuku, cahaya di dalam kuburku, cahaya di dalam penglihatanku, cahaya di dalam pendengaranku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya di depanku, cahaya di belakangku dan cahaya di atasku. Ya Allah, dakanlah bagiku cahaya dan jadikanlah aku cahaya dengan berkat rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Paling Penyayang.”
94. Al – Haadii (Maha Pemberi Petunjuk)
> Barang siapa yang mengangkat kedua tangannya (sebagaimana ketika berdoa) sambil memandang ke langit dan membaca Asma Allah ini beberapa kali kemudian menyapukan kedua tangannya di wajah (sebagaimana selesai berdoa), Allah akan mengaruniakan kepadanya hidayah yang sempurna, dan akan memasukkannya dalam golongan orang – orang yang taat dan shalih.
> Berkhasiat memberikan petunjuk kepada hati orang yang berdzikir dengan Asma Allah ini.
> Barang siapa berdzikir dengan Asma Allah ini, maka ia akan dianugerahi kedudukan untuk menguasai umat dengan hak.
> Membaca Asma Allah ini sebanyak 200 kali setiap hari akan membawa seseorang kepada keberhasilan.
> Jika engkau tidak yakin akan tujuanmu, membaca Asma Allah ini akan membimbingmu kepada pilihan yang tepat.
> Jika seseorang menuliskan Asma Allah ini pada sebuah cangkir, memasukkan air hujan kedalamnya, membacakan yaa Haadiikepadanya dan meminumkannya kepada anak yang mengalami kesulitan menghafal dan tidak patuh, niscaya hal itu akan memperbaiki keadaannya.
95. Al – Badii` (Maha Pencipta Yang Baru)
> Jika seseorang sedang mengalami duka cita, hendaknya ia membaca Asma Allah ini 1.000 kali, maka Allah akan mengeluarkannya dari penderitaan tersebut.
> Apabila seseorang sedang dihimpit kesulitan dan membaca yaa Baadii’ al-samaawaat wa al-ardh (“Wahai Pencipta langit dan bumi”) sebanyak 70 kali maka akan dimudahkan solusinya.
> Apabila seseorang membaca yaa Baadii’ al-samaawaat wa al-ardh(“Wahai Pencipta langit dan bumi”) sebanyak 1.000 kali akan membantu meringankan depresi dan stress.
> Jika Kaum beriman membaca Asma Allah ini sebanyak 86 kali setelah sholat fardhu, maka pemahaman mereka akan bertambah, mata batin mereka akan terbuka dan mencapai makna batin pengetahuan sehingga mereka mampu mengerjakan tugas – tugas sulit secara lebih baik daripada yang lain, dan ucapan mereka akan menjadi kata – kata hikmah.
> Barang siapa berdzikir dengan Asma Allah ini sebanyak 700.000 kali, maka hajatnya akan terpenuhi dan akan diangkat oleh Allah kemudharatan darinya.
> Jika seseorang melakukan pencarian, hendaknya membaca Asma Allah ini 1.200 kali, sebelum 12 hari, Insya Allah yang dicarinya akan ketemu.
96. Al – Baaqiiy (Maha Kekal)
> Allah akan mengaruniakan perlindungan dan menerima semua amal shalih orang yang membaca Asma Allah ini 1.000 kali pada malam jumat.
> Barang siapa berdzikir dengan Asma Allah ini sebanyak 1.000 kali niscaya akan terlepaslah ia dari bencana dan kesusahannya.
> Orang beriman yang membaca Asma Allah ini sebanyak 113 kali setiap hari akan mendapatkan kesehatan dan kekayaan, amal dan harta mereka akan aman, dan diharapkan bahwa mereka akan mendapatkan kasih sayang dan kemurahan Allah pada hari kiamat.
> Jika seseorang yang menderita rasa takut yang sangat, membaca Asma Allah ini sebanyak 113 kali setiap malam ketika hendak tidur niscaya dia akan terbebas dari rasa takut tersebut.
(Jika engkau seorang dokter atau arsitek, ketika engkau pergi ke suatu tempat yang di dalamnya tidak ada orang yang sakit atau tidak ada apa pun untuk dibangun, maka keberadaan dan pengetahuanmu akan musnah. Tetapi jika engkau menemukan penyakit lama setelah kau pergi, atau jika engkau membangun sebuah jembatan yang akan dilalui orang – orang untuk jangka waktu yang lama, dan niatmu dalam mengerjakan semua itu adalah untuk mengabdi dan bukan untuk mencari keuntungan, maka engkau akan memperoleh keabadian di Akhirat karena apa yang telah engkau kerjakan di dunia fana ini)
97. Al – Waarist (Maha Mewarisi)
> Jika Asma Allah ini dibaca 100 kali pada saat matahari terbit, maka ia akan diselamatkan dari duka cita, kesulitan dan bencana. Di samping itu orang yang membacanya akan meninggal dalam keadaan beriman. Insya Allah.
> Orang yang ingin diselamatkan dari kebingungan, kebimbangan dan gangguan hendaknya membaca Asma Allah ini 1.000 kali antara Maghrib dan Isya.
> Pasangan yang mempunyai kesulitan memiliki anak akan mengandung jika mereka sesering mungkin membaca Rabbi laa tadzarnii fardan wa anta khayr al-waaritsiin (“Ya Allah, janganlah Engkau biarkan diriku hidup tanpa keturunan sedangkan Engkau adalah ahli waris yang paling baik” [Al – Anbiya’ : 89] )
(Perhatian dan rasa ingin tahu adalah dua anugerah terbesar bagi manusia. Semua pengetahuan, ilmu dan industri merupakan akibat dari adanya kedua sifat itu. Manusia tidak dapat menciptakan atau membuat; yang dapat kit lakukan adalah menemukan segala sesuatu yang sebelumnya telah Allah ciptakan)
98. Ar – Rasyiid (Maha Pandai)
> Orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang seluk beluk suatu tugas atau tidak dapat bekerja atau merencanakan suatu tugas, hendaknya membaca Asma Allah ini 1.000 kali antara Maghrib dan Isya, maka tugas dan rencana tersebut akan dapat dimengerti baik melalui mimpi atau ilham.
> Untuk memudahkan urusan keuangan dan agar selamat dari malapetaka, hendaknya Asma Allah ini dibaca setiap hari.
> Barang siapa berdzikir dengan Asma Allah ini sesudah sholat Isya sebanyak 100 kali, maka segala amalnya akan diterima Allah.
> Berdzikir dengan Asma Allah ini akan membuat doa menjadi terkabul.
> Seorang guru yang beriman yang membaca Asma Allah ini sebanyak 504 kali akan terhindar dari menyampaikan informasi yang salah atau menjadi orang yang disalah pahami.
> Membaca Asma Allah ini sebanyak 152 kali sehari akan meningkatkan kehidupan duniawi dan kehidupan batin seseorang. Ucapan si pembaca Asma Allah ni akan berpengaruh dan perbuatan – perbuatannya adalah kebenaran
(Engkau yang banyak menghabiskan harta dan usaha untuk menyinari kehidupan materialmu dengan kandil, permata yang berkilau dan kemegahan yang terang, mengapa kau padamkan cahaya hatimu? Tidakkah kau tahu bahwa engkau dapat menyebabkan hati itu diperbudak dalam kegelapan, dan buta seperti kalelawar? Jika mata kepalamu buta, seseorang dapat menuntunmu di jalan; namun orang yang hatinya buta tidak dapat dituntun dan akan tersesat selamanya)
99. Ash – Shabuur (Maha Penyabar)
> Barang siapa yang membaca Asma Allah ini 100 kali sebelum matahari terbit akan diselamatkan dari bencana sepanjang hari itu. Disamping itu Allah akan menjadikan musuh – musuhnya tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun dihadapannya.
> Jika seseorang yang menghadapi kesulitan membaca Asma Allah ini 1.020 kali, Insya Allah ia akan terbebas dari kesulitannya dan Allah akan mengaruniakan ketenangan dan kepuasan dalam hatinya.
> Jika seseorang beriman berada dalam kesulitan, penderitaan, dituduh secara semena – mena atau dizalimi, maka dengan membaca yaa Shabuur sebanyak 289 kali, Insya Allah dia akan terhindar dari semua itu dan hatinya akan dipenuhi dengan cinta kepada Allah.
YA ALLAH, DEMI NAMA-MU YANG INDAH DAN DEMI ORANG – ORANG YANG DI DALAM DIRINYA BERMANIFESTASI NAMA-MU, BIMBINGLAH KAMI KE JALAN MEREKA. IZINKANLAH KAMI MELIHAT SIFAT – SIFAT-MU DI MANA SAJA DENGAN SENDIRINYA
Read More... 1672. MANFAAT DAN KEUTAMAAN ASMAUL HUSNA lanjutan